REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) atau organisasi nonpemerintah mendorong taman nasional yang ada di Tanah Air agar dijadikan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) untuk mengoptimalkan fungsi dari berbagai aspek.
"Kami melihat taman nasional memiliki peran yang strategis namun terbatas dari segi sumber daya sehingga belum maksimal," kata Direktur Pattiro Maya Rostanty pada kegiatan expert meeting draft policy paper di Jakarta, Kamis (7/11).
Inisiasi peralihan menjadi BLU tersebut juga dilatarbelakangi riset yang dilakukan para peneliti Pattiro terkait kesiapan taman nasional bertransformasi menjadi BLU.
Apabila status taman nasional sudah bertransformasi menjadi BLU, maka akan lebih fleksibilitas, inovasi dan kreatif untuk mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki.
Jika sudah menjadi BLU, maka diharapkan ada peningkatan penerimaan yang dapat menjadi subsidi silang untuk mendanai upaya-upaya konservasi yang selama ini belum bisa dilakukan karena adanya keterbatasan dana.
Ia mengatakan setelah melakukan riset, maka Pottiro akan memberikan sejumlah rekomendasi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Apalagi, saat ini kementerian terkait sedang menyusunrencana strategi (2020-2024).
"Jadi rekomendasi ini kami berikan karena memang melihat momentumnya sangat pas," kata dia.
Apalagi, kata dia, di periode kedua Presiden Jokowi, pariwisata masih menjadi sektor unggulan. Sehingga hal tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan peralihan status taman nasional menjadi BLU.
Secara umum Indonesia memiliki sekitar 27 juta hektare (ha) kawasan konservasi dengan 59,81 persen di antaranya merupakan taman nasional. Sebagian besar taman nasional di Tanah Air mempunyai karakteristik pemanfaatan ganda.
Pemanfaatan ganda tersebut yaitu fungsi ekologi serta fungsi sosial budaya dan ekonomi bagi kehidupan komunitas lokal dan adat. Selain sebagai kawasan konservasi, taman nasional juga sebagai sumber penghidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.