Kamis 07 Nov 2019 22:52 WIB

BLU Taman Nasional untuk Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Badan Layanan Umum Taman Nasional untuk danai kawasan konservasi berkelanjutan.

Pengunjung berada di rumah pohon yang menjadi salah satu sarana penunjang wisata dalam kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS), Tanjungjabung Timur, Jambi, Ahad (15/9/2019).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Pengunjung berada di rumah pohon yang menjadi salah satu sarana penunjang wisata dalam kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS), Tanjungjabung Timur, Jambi, Ahad (15/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menyatakan inisiasi peralihan status taman nasional dari satuan kerja menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertujuan untuk mendanai kawasan konservasi berkelanjutan.

"Untuk membiayai kawasan konservasi yang berkelanjutan, salah satunya dapat melalui BLU," kata Direktur Kawasan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Diah Murtiningsih di Jakarta, Kamis (7/11).

Pada 2010, kementerian terkait sebenarnya sudah mengarah pada inisiasi peralihan status taman nasional dari satuan kerja menjadi BLU. Hanya saja terdapat beberapa hambatan di antaranya terkait moratorium dan persoalan lainnya.

"Pada 2014 sampai sekarang pembahasan itu sempat terhenti, namun muncul lagi karena adanya kebutuhan kawasan konservasi berkelanjutan," ujar dia.

Hingga kini, belum ada satu pun dari 54 taman nasional yang ada di Indonesia berstatus BLU. Hal tersebut dikarenakan beberapa kendala salah satunya terkait anggaran.

Oleh karena itu, adanya kajian dan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) tentang dorongan taman nasional menjadi BLU, selaras dengan rencana pemerintah untuk kawasan konservasi berkelanjutan.

"Kajian ini perlu karena memberi masukan kepada pemerintah dan ini juga menjadi masukan ke depan untuk ditindaklanjuti," katanya.

Sementara itu, Program Manager Pattiro Agus Salim mengatakan kawasan taman nasional merupakan benteng terakhir perlindungan dan pelestarian kekayaan hayati Indonesia.

Dari hasil kajian yang dilakukan organisasi nonpemerintah tersebut, taman nasional yang ada di Tanah Air menghadapi permasalahan yang kompleks dan beragam. Sebagai contoh ialah keterbatasan sumber daya, lahan, anggaran dan seabagainya.

"Ada juga tantangan sosial budaya karena ada masyarakat yang hidup di sana. Kemudian termasuk pula faktor kemiskinan, degradasi hutan dan sebagainya," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement