Jumat 08 Nov 2019 16:48 WIB

Dzikir Nasional Republika untuk Membangun Generasi Unggul

Zikir sekaligus momen mengingat kematian.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah mengikuti Dzikir Nasional Republika di Masjid At-Tin, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Jamaah mengikuti Dzikir Nasional Republika di Masjid At-Tin, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis akan memberikan tausiyah saat Dzikir Nasional ke-17 yang rutin diselenggarakan Republika setiap malam pergantian tahun di Masjid Agung At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Dzikir nasional ke-17 yang akan diselenggarakan pada 31 Desember 2019 mengusung tema 'Membangun Generasi Indonesia yang Unggul'. KH Cholil menjelaskan zikir nasional momen muhasabah sekaligus momen mengingatkan kematian yang kian mendekat.

Baca Juga

"(Zikir nasional) muhasabah yang dilakukan Republika adalah selain memberikan informasi yang baik, tapi juga memberi alarm (pengingat) kepada mereka untuk ingat kematian," kata KH Cholil kepada Republika di Gedung MUI Pusat, Jumat (8/11).

Ia mengingatkan umat untuk mengingat kematian adalah upaya mencerdaskan umat. Karena Rasulullah SAW mengatakan, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas.

Bila umat mengingat kematian, maka umat akan memikirkan hal baik apa yang bisa mereka persembahkan sebelum menghadapi kematian. Sehingga umat akan berupaya untuk berkarya dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya supaya tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan Allah.

"Kalau anak muda sia-siakan waktunya dan tidak memberikan hal yang produktif (saat hidup) pasti merugi, maka saya dukung penuh zikir nasional apalagi temanya membangun generasi Indonesia yang unggul," ujarnya.

KH Cholil menegaskan pemerintah tidak perlu bicara radikalisme dan terorisme kalau sumber daya manusia Indonesia unggul. Mereka yang terpapar radikalisme karena tidak unggul.

Mereka yang jadi teroris juga pasti orang yang tidak unggul. Sebab mereka tidak mengerti agama yang benar, sehingga tergelnicir. Mereka juga tidak berguru kepada orang yang benar-benar bisa menjadi guru.

Menurutnya, zikir nasional bisa menjadi syiar supaya umat bisa melakukan evaluasi. "Sejauh mana kita mendalami ilmu agama, sedekat apa kita dengan Allah, apakah kita sudah memanfaatkan waktu dengan maksimal atau tidak," ujarnya.

Dia juga mengatakan muhasabah di masjid atau rumah Allah adalah satu-satunya jalan untuk mencetak generasi Indonesia yang unggul. Sebab keunggulan umat di berbagai bidang ilmu pengetahuan tetap harus dilandasi oleh ilmu agama.

Dia menerangkan semua ilmu ketika tidak dilandasi ilmu agama pasti buruk. Oleh karena itu, Imam Al Ghazali menyebut ilmu agama hukumnya wajib, sementara ilmu lainnya adalah fardhu kifayah.

 

Dia mencontohkan bila ada orang menguasai ilmu pengetahuan tapi tidak dilandasi ilmu agama. Misalnya ada orang menguasai ilmu teknologi informasi dan ekonomi, tapi tidak punya iman, moral dan ilmu agama yang baik. Maka ilmunya bisa dipakai untuk menipu orang lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement