Jumat 08 Nov 2019 20:30 WIB

Pertamina Genjot BBN Ramah Lingkungan

Pengembangan BBN, sekaligus mendukung program bauran energi terbarukan

Pertamina
Foto: borneomagazine.com
Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menggenjot pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) lebih ramah lingkungan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional sekaligus mendukung energi hijau. Pengembangan BBN, sekaligus mendukung program bauran energi terbarukan yang ditargetkan pemerintah sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif mengatakan, Pertamina terus melakukan terobosan mengembangkan energi terbarukan dengan Program B20 yang akan dilanjutkan dengan B30 di tahun 2020. 

“Sejak tahun 2016, Pertamina telah memproduksi Bahan Bakar Nabati B20 baik untuk PSO maupun Non-PSO yang dikembangkan secara luas sejalan dengan mandatori perluasan B20 oleh Pemerintah pada 1 September 2019,” kata Budi dalam siaran pers, Kamis (7/11) lalu.

Budi menyebut sejak tahun 2016 hingga September 2019, Pertamina telah mendistribusikan B20 sebanyak 61,48 juta KL dengan total FAME yang diserap mencapai 13,71 juta KL. Tahun 2018 penyerapan FAME mencapai 3,2 juta KL, sementara hingga September 2019 penyerapan FAME telah mencapai 4,02 juta KL atau 67 persen dari target penyaluran tahun 2019.

“Sejalan dengan program perluasan penggunaan B20, penyerapan FAME dalam 2 tahun terakhir menunjukkan peningkatan signifikan. Pertamina terus memperluas pasokan B20 tidak hanya untuk kendaraan bermotor tetapi juga untuk kebutuhan industri,” terang Budi.

Program B20, lanjut Budi, telah membantu penghematan devisa di mana tahun 2018 tercatat Rp 28,4 Triliun dan tahun ini ditargetkan mencapai 3 miliar dolar AS. Budi menyampaikan setelah sukses dengan B20, tahun depan akan mulai diujicoba untuk program B30 sesuai dengan kebijakan Pemerintah.

“Pertamina mendukung penuh Program Pemerintah untuk menerapkan B30 yang akan dijalankan mulai Januari 2020,” ucap Budi.

Pertamina, tambah Budi, juga telah melakukan uji coba Biorefinery pertama di Indonesia melalui metode Co-Processing pada kilang Dumai dan Plaju. Keberhasilan dalam ujicoba penerapan teknologi ini, menjadikan Pertamina siap mengembangkan bahan bakar nabati dengan bahan baku CPO. Pertamina juga siap mengadopsi teknologi Standalone untuk pengolahan CPO menjadi bahan bakar nabati.

“Program Green Refinery ini ditargetkan tuntas pada tahun 2024, sehingga kita akan memasuki era baru menuju Indonesia hijau,” pungkas Budi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement