Sabtu 09 Nov 2019 06:03 WIB

Guru Besar UI Tegaskan Politik Harus Bebas Isu SARA

Ini agar mencegah terjadinya perpecahan bangsa yang membahayakan persatuan.

Red: Andi Nur Aminah
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.
Foto: Republika/Wihdan H
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan politik harus terbebas dari isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Ini agar mencegah terjadinya perpecahan bangsa yang membahayakan persatuan.

"Politik harus terbebas dari isu SARA. Harus diarahkan ke toleransi yang dapat menerima budaya yang berbeda-beda, sehingga terciptalah apa yang dinamakan multi kulturalisme itu. Kita kelola segala perbedaan itu untuk menguatkan persatuan, Jangan malah itu dijadikan alat untuk berpolitik, bisa konflik nantinya bangsa ini," kata Guru Besar yang mempelajari Psikologi Politik tersebut di Jakarta, Jumat (8/11).

Baca Juga

Oleh karena itu, Hamdi mengatakan sudah seharusnya Pancasila sebagai ideologi bangsa ini bisa menjaga makna persatuan yang sebenarnya. Sebab, ketika suku, agama dan ras itu dibawa ke politik maka kemudian akan menjadi politik Indonesia yang dapat membuat perpecahan. "Awal kesepakatan kita berbangsa bernegara ini kan jelas, yaitu Pancasila. Itu modal sosial kita yang terbesar," ujarnya.

Secara historis, bangsa ini memang sudah luar biasa pluralnya. Bangsa kita terdiri atas berbagai macam suku dan budaya. Dengan begitu artinya tugas Pancasila itu menjaga semua kemungkinan-kemungkinan dari SARA yang disebut identitas primordial itu. Karena hal itu merupakan ancaman semua untuk kesatuan republik Indonesia," tuturnya.