REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kelahiran Nabi Muhammad Saw adalah anugerah dan rahmat bagi seluruh alam. Karena itu, kedatangan nabi akhir zaman itupun disambut dengan penuh suka cita oleh alam semesta.
Sebagai tanda cinta dan wujud penghormatan akan Sang Pembawa Kebenaran, umat Islam lantas mengekspresikan kegembiraannya akan lahirnya Nabi Muhammad saw dengan merayakannya pada tanggal kelahirannya, yakni pada 12 Rabiu'l Awal.
Di Indonesia, tradisi merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw itu dinamakan dengan Maulid Nabi. Dikutip dari buku "Cahaya Nabawiy Edisi 176 Tangkal Bencana Dengan Maulid Nabi" oleh Tim Cahaya Nabawy, disebutkan bahwa tradisi peringatan Maulid Nabi SAW di persada Nusantara dibawa para penyebar Islam yang berasal dari Hadramaut, Yaman.
Selanjutnya, tradisi itu melebur dengan kebudayaan lokal yang begitu beragam. Di momen menyambut Maulid Nabi, masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menggelar perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat Nabi, pembacaan syair Barzanji, dan pengajian. Namun, ada berbagai ritual khas tersendiri di masing-masing daerah di Indonesia. Berikut beberapa tradisi Maulid Nabi yang ada di wilayah Nusantara:
Mauludan, Tradisi Khas Muslim Jawa
Menurut penanggalan Jawa, Rabiul Awal disebut bulan Mulud. Acara Muludan biasanya dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Ada sejumlah tradisi yang acap dilakuka masyarakat Jawa pada saat memperingati Maulid Nabi. Salah satunya, ada ritual Sekaten yang berlangsung di Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat dan Grebek Maulud di Surakarta. Kemudian, ada tradisi endhog-endhogan yang dilakukan masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur.
Kata 'endhog' sendiri dalam Bahasa Osing dan Jawa berarti telur. Karena itu, tradisi ini menggunakan telur yang dihias sedemikian rupa, ditancapkan ke batang pisang yang juga dihias, lalu diarak keliling kampung. Telur yang digunakan dalam tradisi ini adalah telur yang sudah matang. Telur tersebut kemudian dibagikan kepada warga.
Selain itu, ada upacara tradisi Pelal Panjang Jimat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Cirebon. Kegiatan ini adalah puncak dari serangkaian upacara tradisi Muludan yang berlangsung di Keraton Kasepuhan Cirebon. Upacara tradisi Grebeg Maulid Nabi saw ini ditandai dengan dibunyikannya lonceng Gajah Mungkur sebanyak sembilan kali.
Pammunuang, Sulawesi
Peringatan Maulid Nabi di Sulawesi dikenal dengan tradisi 'pammunuang'. Hingga kini, tradisi ini masih syarat dengan nuansa tradisional dari masyarakat Mandar di Sulawesi Barat. Di sana, nuansa tradisi yang paling melekat adalah acara 'mappatamma' atau khataman Alquran.
Tradisi ini dilakukan dengan prosesi menunggang kuda saiyyang pattu'du atau kuda menari yang diarak keliling kampung dan diiringi tetabuhan rabana dan kalinda'da (sastra lisan Mandar).