REPUBLIKA.CO.ID, AMBON --- Sebanyak 250 ilmuwan kelautan dari seluruh Indoesia, Jerman, Jepang, Korea, China, dan Australia berkumpul di Hotel Santika, Ambon, Maluku, Kamis (7/11). Mereka mengikuti acara Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI ISOI (Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia).
Pada kesempatan tersebut, pakar kelautan dan perikanan, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS tampil sebagai keynote speaker. Guru Besar Kelautan dan Perikanan IPB University itu menyampaikan pidato kunci berjudul “Proyeksi Kebutuhan IPTEKS Untuk Pembangunan Ekonomi Maritim Berkelanjutan di Era Industri 4.0 dan Perubahan Iklim Global”.
Menurut mantan menteri kelautan dan perikanan di era Kabinet Gotong Royong itu, Indonesia perlu menerapkan inovasi teknologi berbasis industri 4.0 untuk memaksimalkan potensi ekonomi maritime yang dimilikinya.
“Bangsa Indonesia hanya akan mampu mendayagunakan potensi ekonomi maritim yang luar biasa besar bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kedaulatan bangsa, bila menggunakan inovasi teknologi berbasis Industri 4.0 dan manajemen pembangunan yang mensinergikan seluruh mata rantai suplai,” kata Rokhmin Dahuri dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS memberikan keynote speech (pidato kunci) pada pembukaan Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI ISOI (Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia) di Ambon, Kamis (7/11).
Ia menambahkan, Indonesia harus meningkatan kapasitas inovasi di bidang kelautan. “Apabila potensi ekonomi kelautan dikembangkan berbasis inovasi dengan benar, maka diyakini ekonomi maritim akan berkontribusi signifikan bagi terwujudnya Indoneisa maju, sejahtera dan berdaulat paling lambat tahun 2045,” ujar ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.
Diskusi pertemuan tahunan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) itu dibagi dalam beberapa sesi. Diskusi tersebut menampilkan pembicara dari dalam dan luar negeri.
Selain Prof Rokhmin Dahuri, nara sumber lainnya adalah Prof Dr Zaenal Arifin (LIPI), Prof Zhang (Pukyong University, Korsel), Dr Martin Snorgas (Jerman), Prof Safwan Hadi (ITB), Prof Agus Hartoko (Undip), Prof Indra Jaya (IPB), dan Prof Alex Retraubun (Unpatti).