Ahad 10 Nov 2019 10:31 WIB

Beramal Lewat Digital Fesyar Pecahkan Rekor Dunia

Elektronifikasi kotak amal di Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) 2019 raih rekor Muri

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Elba Damhuri
Festival Ekonomi Syariah Indonesia (FESyar) regional Jawa yang digelar di Surabaya, Jawa Timur resmi dibuka, Rabu (6/11) malam oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Direktur KNKS Ronald Rulindo.
Foto: Republika/Lida Puspaningtyas
Festival Ekonomi Syariah Indonesia (FESyar) regional Jawa yang digelar di Surabaya, Jawa Timur resmi dibuka, Rabu (6/11) malam oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Direktur KNKS Ronald Rulindo.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 1.000 rumah ibadah mencetak rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) setelah melakukan elektronifikasi kotak amal dalam Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Indonesia 2019 di Surabaya, Sabtu (9/11). Rekor Muri tersebut menggambarkan, saat ini masyarakat beramal dapat dilakukan dengan memindai kode respons cepat atau kode QR.

Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Timur Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengharapkan adanya transisi cara beramal masyarakat di zaman digital ini. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempermudah segala kegiatan, termasuk beramal.

"Ini namanya cash management, rumah ibadah jadi mudah mengelola uang hasil sedekah karena uangnya langsung tertampung ke rekening rumah ibadah," kata Difi di lapangan parkir Grand City, Surabaya, seusai pencetakan rekor Muri.

Seiring dengan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, Bank Indonesia senantiasa mendorong inovasi dalam bertransaksi. Elektronifikasi rumah ibadah merupakan rangkaian business matching yang melibatkan 1.000 rumah ibadah dengan beberapa perbankan di seluruh Jawa Timur.

Sebanyak 920 masjid, 74 gereja, 4 pura, 1 wihara, dan 1 kelenteng berpartisipasi dalam kegiatan ini. Menurut Difi, sebenarnya rumah ibadah yang ingin berpartisipasi jumlahnya lebih dari 1.000. Ia mengatakan, rumah ibadah mana pun bisa mengadopsi QR ini dengan datang ke BI ataupun perbankan.

Penggunaan kode QR sebagai salah satu alat untuk mempermudah transaksi kini semakin marak. Adanya Quick Response Indonesia Standard (QRIS) akan memudahkan pemindaian dari penyedia layanan mana pun.

Difi mengatakan, pemanfaatan kode QR ini juga diharapkan dapat meningkatkan transparansi manajemen dan akuntabilitas pengelolaan pendapatan serta pengeluaran bagi masing-masing pengelola rumah ibadah. Sebab, dana bisa langsung masuk dalam rekening tempat ibadah yang dikelola oleh pengurus.

Anggota Komisi XI DPR RI, Indah Kurnia, yang turut hadir dalam acara tersebut menyatakan, Jawa Timur selalu siap menjadi tempat percontohan dan uji coba inovasi keuangan. Apalagi, kata dia, ini bisa sekaligus masuk dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan di Kota Pahlawan Surabaya.

"Dengan QR, donatur bisa bersedekah ke rumah ibadah tanpa ada batasan jumlah, jarak, dan waktu. Tinggal tahu (kode) QR-nya, tidak perlu datang langsung, bisa tetap sedekah," katanya.

Indah berharap inisiatif ini bisa menular ke kota-kota lain. Penghargaan Muri diberikan kepada Bank Indonesia dan perbankan di Jawa Timur atas implementasi elektronifikasi pemasangan QRIS pada lebih dari 1.000 rumah ibadah.

Transaksi Fesyar 2019

Capaian transaksi dari Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) di Surabaya, Jawa Timur, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Sampai hari ketiga, Jumat (8/11), transaksi sudah mencapai Rp 19 triliun. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah menyampaikan, capaian ini jauh lebih tinggi dari tahun lalu.

"Saat Islamic Sharia Economic Festival (ISEF) di Surabaya tahun lalu tercapai total Rp 7,1 triliun, ini hari ketiga sudah Rp 19 triliun," kata Difi di sela-sela Fesyar Surabaya.

Menurut dia, hal ini karena persiapan yang lebih matang. BI Jatim sudah mempersiapkan Fesyar, termasuk temu bisnis sejak tiga bulan lalu. Ini membuat capaian transaksi mencapai Rp 19 triliun.

Selain ada kesepakatan bisnis tersebut, transaksi pembelian di Sharia Fair yang dilakukan sejak hari pertama, Rabu (6/11), sudah mencapai Rp 50,43 miliar. Sementara, total pengunjung sudah mencapai 15 ribu orang.

Kesepakatan bisnis Fesyar sejauh ini didominasi oleh pembiayaan dari perbankan syariah dengan jumlah mencapai Rp 12,6 triliun. Difi menyampaikan apresiasi kepada Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) yang mengatur mayoritas kesepakatan dengan bank-bank syariah tersebut.

Selain pembiayaan, kesepakatan juga termasuk penggalangan dana sebesar Rp 4,4 triliun, dan pembelian sukuk sebesar Rp 2 triliun. Difi optimistis nilai transaksi dan business matching akan terus meningkat hingga di akhir Fesyar Surabaya 2019.

Saat akhir pekan, masyarakat akan berbondong-bondong mendatangi acara. Fesyar digelar di Grand City Convention and Exhibition di Surabaya hingga Sabtu (9/11). Pengunjung dapat menghadiri berbagai Talkshow terkait gaya hidup halal dan ekspo produk UMKM pilihan.

Terdapat 144 booth yang menjajakan produk, mulai dari mode, kosmetik, makanan, kerajinan tangan, produk pesantren, hingga pertanian. Selain itu, ada pojok kuliner, pojok mainan anak-anak, dan panggung hiburan.

(ed:firkah fansuri)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement