Ahad 10 Nov 2019 20:20 WIB

Ulama Jabar di Inggris, Menjadi Khatib dan Ikuti Dialog

Lima ulama lulusan tahap pertama program English for Ulama tengah berada di Inggris.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agung Sasongko
Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lima ulama lulusan tahap pertama program English for Ulama terus menyebarkan syiar Islam ke berbagai penjuru Inggris. Mereka, mengikuti berbagai kegiatan selama di Inggris. Salah satunya, lewat khotbah Ihya Ulumudin di Edinburgh, Skotlandia.

Ihya menjadi khatib salat Jumat (Jumma prayer) di Heriot-Watt University pada Jumat (8/11) siang waktu setempat bagi para mahasiswa, pekerja, hingga anak-anak Muslim di sana.

Baca Juga

Berikutnya, Ihya juga mengikuti perayaan Maulid alias kelahiran Nabi Muhammad SAW pada Jumat (8/11) pukul 20:00 waktu setempat di Masjid Minhaj-ul-Quran, Rutherglen, Glasgow.

Selain Ihya, ulama yang diberangkatkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk berdakwah di wilayah Inggris adalah Hasan Al-Banna.

Di hari ketiganya berada di Inggris, Hasan menjadi salah satu pembicara dalam Thurrock Interfaith Roundtable Dialogue atau dialog antaragama yang berlangsung di Grays, Thurrock --sekitar 30 km di timur London.

Selain Hasan, dialog yang dihelat Thurrock Labour Party (Partai Buruh Thurrock) ini dihadiri oleh anggota majelis Qaisar Abbas dan John Kent, Imam Grays Mosque Salim Rahman dan Abdul Rashid, juga Pendeta David Peterson (St. Clements Church) dan Matt Drummond (St. Stephens Church) serta Gayani Richpal Singh (Grays Gurdawara).

Totalnya, terdapat 21 pemuka agama yang berdialog. Tak hanya mereka, dialog ini juga diliput oleh wartawan lokal seperti jurnalis senior Michael Casey dan Urooj Raza Siami (Pakistani TV).

Dalam sambutannya, anggota majelis Qaisar Abbas yang menginisiasi Thurrock Interfaith Roundtable Dialogue mengatakan bahwa dialog ini diperlukan untuk mempertemukan berbagai komunitas agama sehingga tercipta toleransi dan sikap saling memahami antaragama.

Para syekh yang hadir, termasuk Hasan, juga menegaskan ajaran Islam soal pentingnya memperlakukan semua orang dengan setara dan hidup secara harmonis dalam kedamaian.

Adapun sebagai salah satu guest speaker, Hasan juga memperkenalkan program English for Ulama yang membawanya ke Negeri Ratu Elizabeth ini.

"Kami dikirim oleh Gubernur Jawa Barat, provinsi terbesar di Indonesia, namanya Ridwan Kamil. Tujuannya adalah membawa kedamaian, salah satunya lewat dialog antaragama ini," papar Hasan.

Menurutnya, ia datang ke Inggris untuk mempelajari nilai-nilai disini. Serta, bagaimana komunitas di sini bersatu melawan rasisme. "Kami punya respek tinggi terhadap warga Inggris," katanya.

Terkait dialog antaragama, Hasan mengatakan bahwa hal tersebut menjadi agenda yang sangat bagus untuk disampaikan di Indonesia.

"Pesan utama (yang disampaikan) adalah bagaimana mendengarkan dan memahami (orang lain). Karena apa yang kamu yakini, bisa saja berbeda dengan orang lain," kata Hasan.

Jadi, kata dia, jembatan antara keyakinan-keyakinan (agama) tersebut adalah saling mendengarkan. Serta, memahami sehingga muncul keharmonisan satu sama lain. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement