Ahad 10 Nov 2019 22:00 WIB

Farida Terharu Hafal Alquran 20 Juz

Farida mengaku tak mudah menghafal Alquran,

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agung Sasongko
Azmi Abdulmuis Aminullah (17) hafiz 30 juz berasal dari Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan wisudawati, Farida Fauziah (16) hafiz 20 juz asal Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung saat diwisuda di pondok pesantren Misbahunnur. Dalam menghafal Alquran, mereka menerapkan cara membaca alquran Syekh Ali Jaber dan Sykeh Sa'ad Al-Ghamidi.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Azmi Abdulmuis Aminullah (17) hafiz 30 juz berasal dari Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan wisudawati, Farida Fauziah (16) hafiz 20 juz asal Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung saat diwisuda di pondok pesantren Misbahunnur. Dalam menghafal Alquran, mereka menerapkan cara membaca alquran Syekh Ali Jaber dan Sykeh Sa'ad Al-Ghamidi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Farida Fauziah (16) yang berasal dari Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung menghafal Alquran 20 juz. Ia pun termasuk wisudawati Ponpes Tahfiz Alquran Misbahunnur.

Farida Fauziah (16) mengaku terharu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Terlebih dirinya berjuang agar bisa hafiz penuh dengan perjuangan yang tidak mudah.

Ia mengaku mampu menyelesaikan hafalan dengan cara terlebih dahulu menghafal materi dengan metode Syekh Ali Jaber. "Dibaca dulu sehalaman (Alquran), terus dibaca perayat dengan maknanya agar paham maknanya. Terus kita hafalkan ayatnya dengan banyak melihat dan diulang," katanya. 

Dengan hafiz Alquran, Farida berharap bisa membanggakan kedua orangtuanya. Lebih dari itu, ia ingin bisa membawa orangtuanya ke surga dan memberikan mahkota di akhirat nanti. "Ingin membanggakan orang tua, bisa membawa orang tua ke surga dan memberikan mahkota di akhirat nanti," katanya.

Menurutnya, pascabelajar di pondok pesantren, ia berencana meneruskan studi ke Yaman di Provinsi Hadramaut. Baginya, disana adalah kota para wali dan ia berharap pondok pesantren bisa menjembatani rencana tersebut.

Fauziah pun menambahkan sekaligus mengajak anak muda untuk menghafal Alquran dan mengamalkan perintah Alquran. Terlebih saat ini katanya sudah memasuki akhir zaman. Lebih baik, ia mengatakan aktivitas hari diisi dengan hal yang produktif.

"Belajar sekolah dari pagi dan siang, kalau ngaji Subuh, sore dan malam masing-masing 2 jam," katanya. Dengan kebijakan larangan menggunakan handphone di pondok, ia mengaku menjadi terbiasa dan lebih fokus belajar Alquran serta merasa tidak masalah tidak menggunakan telepon genggam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement