REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak 400 ribu Muslim bertempur di sisi Sekutu selama Perang Dunia. Tapi, menurut survei British Future, hanya 22 persen responden yang sadar akan keberadaan pasukan mereka di tengah pasukan Inggris. Selama beberapa dekade, kontribusi ribuan pasukan Muslim belum sepenuhnya diakui. Mereka adalah orang-orang pemberani yang terlupakan dari buku-buku sejarah.
Ratusan ribu orang Afrika Utara telah mendedikasikan hidup dalam Perang Eropa 1944-1945. Pasukan Muslim dari Asia Selatan jauh lebih besar. Setidaknya, setengah juta Muslim India terdaftar di militer Inggris selama konflik. Sepertiga atau mungkin lebih dari Angkatan Darat India di Inggris adalah Muslim.
Ini belum menghitung tambahan tentara yang dari negara-negara Arab lain. Sangat sedikit yang bergabung dengan tentara Axis. Sebanyak 9.000 warga Palestina, misalnya, juga bergabung dengan tentara Inggris selama perang. Pasalnya, waktu itu Palestina memang di bawah kekuasaan Inggris.
Dalam tulisan di The National, Hussein Ibish, peneliti senior di American Task Force on Palestine, mengevaluasi kembali peran Arab dan Muslim yang sering diabaikan atau disalahpahami. Suara-suara Islamofobik di Barat sering menyalahartikan keterlibatan Arab dan Muslim sebagai bagian dari sikap pro-Nazi. Cara pandang ini sangat ahistoris apabila melihat kiprah tentara Muslim di tengah pasukan Sekutu yang anti-Nazi.
Edward Said pernah mengatakan, negara pascakolonial kadang-kadang sensitif atau malu mengakui jasa jutaan rakyat jajahan yang telah mendedikasikan hidup untuk melayani negara mereka. Keterlibatan tentara Muslim Asia dan Afrika dalam Perang Dunia adalah salah satu contohnya.
Keterlibatan para tentara ini memang sangat kompleks dan multiinterpretasi. Bagaimana mendudukkan pasukan Muslim yang berjuang di sisi tentara Sekutu saat sebagian besar negara Muslim berjuang melepaskan diri dari kolonialisme Sekutu? Tapi, satu hal yang pasti, keterlibatan tentara Muslim memiliki peran penting mendukung perjuangan Sekutu. Adalah penting untuk mengingat dan mengakui keberadaan Arab dan Muslim dalam perang bersama Sekutu.
Kepentingan ini tidak hanya untuk komunitas Muslim, tetapi juga masa depan masyarakat Eropa. Pengakuan masyarakat terhadap masa lalu berpotensi mengubah masa depan. "Jika lebih banyak yang tahu tentang kontribusi tentara Muslim dalam angkatan perang Inggris, ini mungkin dapat membantu mengembalikan kebangggaan dan menguatkan ikatan sosial dari komunitas berbeda dalam masyarakat Inggris," kata sejarawan Jahan Mahmoud.