REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hadirnya tentara Muslim dari belahan dunia pada Perang Dunia memiliki dampak. Sejarawan Barat mengungkap ketika penempatan itu tentara Muslim berinteraksi dengan budaya Eropa.
Major Corrigan mendeskripsikan bagaimana kedatangan orang-orang ini di Brighton diamati oleh penduduk setempat, yang sebagian besar belum pernah melihat laki-laki nonkulit putih. Dikisahkan oleh Avaes Mohammad dari British Future, adaptasi menjadi salah satu persoalan yang menggelikan.
Tentara India datang dengan seragam militer daerah tropis, yang sama sekali tidak cocok untuk iklim di Eropa. Sebagian bahkan baru pertama kali melihat pesawat atau menggunakan senapan mesin. "Bagi banyak orang, itu menjadi interaksi pertama mereka dengan Inggris," kata Avaes.
Sebaliknya, perwira Inggris yang memimpin resimen India dituntut belajar budaya India, bahasa Urdu, dan makan makanan yang sama. Corrigan mengatakan, "Tidak seperti Prancis yang akan merekrut tentara untuk belajar bahasa mereka, pejabat Inggris diharapkan belajar bahasa anak buahnya. Urdu adalah bahasa resmi Angkatan Darat Inggris saat itu, tetapi mereka juga harus belajar dialek regional dan memiliki pengetahuan khusus tentang kebutuhan agama tentara mereka."
Menurut Christian Koller dalam "The Recruitment of Colonial Troops in Africa and Asia and their Deployment in Europe during the First World War", Journal of Immigrants & Minorities 2008, penyebaran setengah juta tentara Afrika dan Asia di Eropa memiliki dampak budaya yang kuat.
Untuk kali pertama, Eropa berhadapan dengan begitu banyak orang Afrika dan Asia sebagai kawan perjuangan. Fenomena ini tak pelak menghasilkan wacana eksotisme, rasialisme, dan paternalisme tentang tentara kolonial. Mereka digambarkan sebagai gerombolan, kaum negro, atau orang tak berbudaya.
Di sisi lain, untuk kali pertama pula, begitu banyak orang dari negara koloni dihadapkan secara langsung pada realitas budaya Eropa dan masyarakatnya. Pengalaman ini berdampak pada persepsi koloni terhadap penguasa dan hubungan penjajah-terjajah. Dijelaskan oleh Koller, ada beberapa pandangan tentara kolonial terhadap Eropa.
Kelompok pertama, mereka mampu mengintegrasikan pengalaman di Eropa dengan latar belakang sosio-kultural negara terjajah. Kelompok kedua, melihat adanya kesenjangan antara kehidupan tanah jajahan dengan pengalaman di Eropa. Membandingkan dua dunia ini, mereka mengalami jet lag atau kekaguman tanpa syarat kepada Eropa. Kelompok ketiga, diwakili oleh tentara India yang mencoba mempertahankan identitas budaya mereka.