REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan bahwa potensi zakat di Indonesia berdasarkan hasil penelitian sejumlah perguruan tinggi Islam menyentuh Rp 217 triliun. Hanya saja pengumpulan zakat masih terbilang rendah di level 3 persen.
Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Tarmizi Tohor mengatakan, potensi zakat di Indonesia memang sangat besar. Minimnya pengumpulan zakat secara masif saat ini terjadi lantaran rendahnya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk melakukan pengumpulan dan pengelolaan zakat.
“Hari ini baru sekitar Rp 9-10 triliun zakat yang terkumpul, masih kecil sekali. Kira-kira 3 persennya saja kalau dari Rp 217 triliun,” kata Tarmizi saat dihubungi Republika, Senin (11/11).
Untuk itu ke depannya, kata dia, pemerintah bakal mendorong perguruan tinggi Islam untuk menyediakan jurusan pengelolaan zakat di fakultas Islam yang tersedia. Hal itu agar potensi zakat yang ada dapat terserap dengan baik dengan kompetensi SDM yang juga tersedia.
Dari perguruan tinggi, Tarmizi percaya bahwa SDM yang dihasilkan mampu menawarkan daya gedor pengumpulan zakat yang berorientasi pada kemaslahatan umat. Sebab dia mengakui, saat ini pengumpulan dan penyaluran zakat masih berkutat pada pemberian manfaat di seputar bahan pokok (bapok).
“Kita inginnya zakat ini jangan yang cuma habis untuk perut. Tapi dikelola sehingga bisa menimbulkan manfaat ekonomi yang berkepanjangan,” ungkapnya.