SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM -- Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menanggapi santai soal polemik larangan PNS bercelana cingkrang dan bercadar yang dilontarkan Menag beberapa waktu lalu. Ia menilai sebenarnya ketentuan soal seragam PNS sudah ada aturannya dan meminta semua PNS untuk menaati.
Bupati Yuni memandang sebenarnya PNS sudah memahami aturan berseragam ketika kali pertama diangkat dan memutuskan masuk PNS. Semua PNS pun mestinya juga sudah mengetahui dengan aturan itu sebelum masuk dan harus tunduk ketika menjadi PNS.
“Bicara institusi atau lembaga di mana pun kita berada, pasti lembaga itu punya aturan. Sebelum kita masuk, kita tahu persis ketika sudah tandatangan sebagai korps yang tunduh dan patuh terhadap aturan tersebut,” paparnya saat berbincang dengan wartawan kemarin.
Ia menyebut kepatuhan itu mestinya juga dilakukan dalam hal berseragam. Dicontohkannya, ketika sudah memutuskan ikut pramuka, maka harus ikut berseragam pramuka.
“Termasuk tata cara berseragam. Negara kita kan sensitif untuk hal-hal seperti itu. Yang jelas kami di Sragen tidak akan melarang PNS memakai cadar atau bercelana cingkrang. Tapi semua kita kembalikan ke individu masing-masing saja. Seragam PNS kan sudah ada aturannya, kalau nggak mau jadi bagian disiplin ya keluar saja dari PNS. Gampang kan, nggak usah dibikin ribet,” paparnya.
Ia menegaskan sebenarnya yang jauh lebih penting adalah keprihatinan kita akan mulai lunturnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan.
Dan menururnya, PNS tak menyadari bahwa nilai-nilai itu terus tergerus dari waktu ke waktu.
Ia juga menilai pakaian cadar atau bercelana cingkrang hanya sebuah identitas diri. Yang terpenting adalah jiwa Pancasila yang harus tertanam di setiap PNS.
“Mau pakai cadar, pakai kerudung besar sampai mata kaki, tapi jiwanya pancasila ya silakan. Itu kan identitas dirinya. Tapi saya akan tegur habis-habisan kalau ada PNS yang hari senin pakai seragam keki, tapi roknya cuma segini, pakaiannya lengannya segini dan roknya dengan belahan segini,” tuturnya. sembari memeragakan potongan rok mini dan belahan di luar kewajaran yang menggoda iman.
Yuni kemudian berharap soal cadar dan celana cingkrang tak perlu dijadikan polemik. Ia pun menyadari latar belakang militer yang ada pada Menag, mungkin membuat beliau terbiasa dengan aturan-aturan seperti itu.
“Sudah lah kan sudah selesai. Mau pakai cadar silakan, pakai jilbab silakan yang penting jiwanya Pancasila dan NKRI. Yang tidak pakai jilbab atau cadar apakah mesti NKRI, belum tentu juga. Makanya semua tergantung kembali pada diri masing-masing,” tandasnya.
The post appeared first on Joglosemar News.