REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Sejak peristiwa ambruknya atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, para siswa hingga kini masih mengalami trauma. Saat ini, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Pasuruan tengah berupaya membantu proses pemulihan trauma para siswa.
Ketua LPA Pasuruan, Daniel P, mengatakan, model pemulihan trauma healing saat ini memang dibutuhkan para siswa. Namun, peranan orang tua juga sangat diperlukan dalam pemulihan trauma siswa itu.
Daniel menyebutkan, dengan adanya trauma healing, para siswa sudah bisa tersenyum dan kembali ceria. Meskipun tidak 100 persen, tetapi siswa sudah bisa tersenyum dan tertawa bersama sama.
"Sebaiknya hal ini dilakukan dalam sepekan, supaya siswa bisa kembali beraktivitas seperti semula," kata Daniel, Senin (11/11).
Pada kesempatan yang sama, salah seorang siswa, M Fatkhurohman Aziz, mengaku senang dengan kegiatan ini. Ia mengaku mulai ingin kembali ke sekolah.
"Mau kembali ke sekolah, kalau sudah diperbaiki dan diperkuat," harapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, atap bangunan kelas II B, II A, V B, V A, SDN Gentong Kota Pasuruan ambruk dan menimpa guru dan murid yang sedang beraktifitas di dalam kelas sekitar pukul 08.15 Wib, Selasa (5/11).
Ambruknya atap sekolah ini menyebabkan dua orang tewas yaitu Irza Almira (8), murid kelas 2B asal Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo dan seorang guru yang saat itu berada di kelas 5A, Sevina Arsy Wijaya (19), warga Mandaranrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan.
Selain menyebabkan dua korban tewas, kejadian ini juga mengakibatkan 11 murid SDN Gentong Kota Pasuruan mengalami luka-luka dan 2 siswa diantaranya mengalami patah tulang.