Senin 11 Nov 2019 18:05 WIB

Jabar Luncurkan Program Seribu Kentongan

Program seribu kentongan untuk menjadi alat pemberitahuan bencana alam.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Uu Ruzhanul Ulum. Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat ditemui usai memenuhi  panggilan Bawaslu.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Uu Ruzhanul Ulum. Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat ditemui usai memenuhi panggilan Bawaslu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meluncurkan program seribu kentongan, di Desa Tenjolaya, Kabupaten Subang, Senin (11/11). 

Menurut Uu, seribu kentongan tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan kembali alat tradisional asal Tanah Pasundan. Tetapi juga, sebagai alat pemberitahuan bencana alam. Oleh karena itu, ia mengapresiasi penggagas program tersebut. 

Baca Juga

"Kentongan sangat multifungsi, selain panggilan jika ada maling dan bencana, alat tradisional ini juga akan mengajak masyarakat untuk berkumpul dan bergotong royong," ujar Uu.

Uu mengatakan, masyarakat akan memahami informasi yang disampaikan ketongan dari jumlah ketukan atau irama bunyi. Pada kesempatan yang sama, ratusan masyarakat dan santri Tenjolaya melakukan simulasi penggunaan kentongan. 

"Kami sangat mendukung kegiatan ini karena memberikan edukasi kepada masyarakat dan RRI juga telah bersinergi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jabar, Basarnas, dan BMKG," katanya.

Selain itu, kata Uu, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar pun berkomitmen untuk terus mengurangi risiko bencana via program-program mitigasi bencana. Oleh karena itu, dia berharap gerakan seribu kentongan berjalan di seluruh daerah Jabar. 

"Gerakan ini akan terus kami dukung karena sangat bermanfaat," katanya.

Kentongan merupakan alat yang terbuat dari batang bambu maupun kayu. Dulu, kentongan menjadi alat komunikasi massa. Sebab, masyarakat tahu apa yang ingin disampaikan pengguna kentongan dari irama maupun jumlah ketukan. 

Direktur Program dan Produksi LPP RRI Soleman Yusuf mengatakan, kentongan adalah kearifan lokal, yang salah satunya, berguna bagi traditional early warning system dan namanya berbeda-beda di tiap daerah.

"Bunyi kentongan merupakan tanda untuk berkumpul yang sangat efektif tapi kadang kita lupakan," katanya.

Program seribu kentongan tersebut, kata dia, sudah diluncurkan secara nasional di Provinsi Banten beberapa waktu lalu. Menurut Soleman, masyarakat Jabar sangat antusias dengan program tersebut. "Di desa Tenjolaya ini saya sangat terkejut dengan begitu antusiasnya masyarakat," katanya.

Tujuan program tersebut bukan sekedar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, tetapi juga evakuasi kepada lansia saat bencana alam terjadi. 

Soleman menyatakan, perpaduan teknologi modern dan kearifan lokal yang ada di negara Jepang menjadi inspirasi akan lahirnya program seribu kentongan. Menurut dia, Jepang yang teknologinya sangat maju tidak pernah melupakan budayanya.

"Sebagai negara ring of fire yang sama dengan Indonesia, Jepang memberikan pendidikan kepada masyarakatnya tentang bagaimana agar sigap dan adaptif menghadapi bencana. Jadi perpaduan antara teknologi modern dan kearifan lokal inilah yang melahirkan program kentongan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement