REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung insiden 'salaman' antara Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Nasdem Surya Paloh dalam acara pelantikan anggora DPR/MPR pada awal Oktober 2019 lalu. Saat itu tertangkap kamera, Megawati tak menoleh dan menyalami Surya, meski Ketum Nasdem itu sudah berdiri.
Dalam pidatonya di acara peringatan HUT ke-8 Nasdem, Jokowi menegaskan bahwa insiden itu murni ketidaksengajaan Mega. Menurutnya, hal yang wajar saat seseorang terlewat untuk menyalami seseorang.
"Kalau pas Bu Mega nggak nyalami Bang Surya itu kelewatan saja. Wong saya ini kalau pas nyalamin kadang tangan saya ada yang kelewatan sering kok. Jangan dimasalahin hal kecil itu," kata Jokowi, Senin (11/11).
Insiden salaman Mega-Paloh memang sempat menguatkan sinyal keretakan koalisi pengusung Jokowi. Terlebih, dalam HUT ke-55 Golkar pekan lalu, Jokowi juga menyampaikan sindiran soal pelukan Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Iman.
Jokowi menilai, pelukan antara Paloh dan Sohibul memiliki arti dan makna yang tak diketahuinya. Pernyataan Jokowi ini pun membangun spekulasi bahwa koalisi tak lagi harmonis.
Namun kini Jokowi mengklarifikasi hal itu. Jokowi menegaskan bahwa koalisi yang mengusungnya masih rukun. Bahkan hal ini dibuktikan dengan pelukan erat antara dirinya dengan Paloh usai menyampaikan pidato.
"Salah besar kalau ada yang menyampaikan koalisi ini sudah tidak rukun. Keliru gedhe (besar) sekali. Kita rukun-rukun saja. Nggak ada," kata Jokowi dalam sambutannya.
Menurut Jokowi, candaan seorang sahabat yang dekat merupakan hal yang lumrah. Misalnya, dirinya menyampaikan candaan soal pelukan Paloh-Sohibul, juga merupakan hal biasa.
"Ada yang curiga. Ada yang sinisme. Ada yang ngga percaya. Apanya yang salah? Salah besar kalau ada yang menyampaikan koalisi ini sudah tidak rukun," kata Paloh.