REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengaku tengah melakukan perubahan dalam pendidikan dan pengajaran agama di Indonesia. Salah satunya, Kemenag mendorong kompetensi penceramah demi menyebarkan pesan toleransi.
"Moderasi dilakukan di semua kalangan. Termasuk para penceramah, ustaz dan pihak-pihak yang bisa menyuarakan toleransi. Kita tingkatkan kompetensi penceramah," kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin dalam acara diskusi media FMB 9 dengan tema "Mengedepankan Strategi Deradikalisasi" di Kantor Kemenkominfo, Jakarta, Senin (11/11).
Kamaruddin memandang pentingnya peran penceramah guna menyebarkan paham persatuan. Sebab ia khawatir adanya pesan pemecah belah yang disusupkan dalam ceramah.
"Saya menyebutnya sebagai moderasi beragama di jajaran Kemenag, dengan tujuan utama untuk mengarusutamakan ajaran untuk menghargai sesama umat manusia atau toleransi," ujarnya.
Kemenag berupaya merealisasikan rencana itu dengan memberi pelatihan dan workshop dalam rangka mendorong pemahaman agama yang moderat. "Agama di pendidikan bukan hanya buat orang menjadi saleh, tapi jadi instrumen perekat sosial," sebutnya.
Menurut Kamaruddin, agama yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan di negara lain. Misalnya di Inggris, agama diajarkan bukan hanya untuk menjadikan anak didik saleh dan taat beribadah.
"Tapi bagaimana bisa menghargai agama yang lain. Diperkenalkan ritual agama yang lain, sehingga saling bisa menghormati dan menghargai," tuturnya.
Kemudian ia mencontohkan lagi di Timur Tengah agama diajarkan agar orang menjadi taat beribadah. Ia berharap penyebaran agama di negara barat dan di Timur Tengah dapat dipadukan di Indonesia agar menjadikan orang taat beragama dan berfungsi sebagai perekat sosial dalam bernegara.
"Ini yang sedang diperjuangkan. Memang tidak mudah karena Indonesia negara kepulauan yang terbesar di dunia, belum lagi ada disparitas lokal. Sehingga perlu perjuangan kolektif," jelasnya.