REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Ribuan pendukung presiden Bolivia yang telah mengundurkan diri Evo Morales berbaris menuju La Paz, tempat para pemrotes oposisi berada, Senin malam (11/11).
Kondisi ini membuat polisi membentuk barikade dan mempersenjatai diri untuk kemungkinan terjadinya bentrokan. Polisi mengatakan, kerumunan sedang berbaris dari kota terdekat El Alto.
Di sekitar alun-alun Murillo pusat dan bagian lain kota, pengunjuk rasa dari oposisi membangun penghalang jalan yang terbuat dari potongan logam dan puing-puing lainnya. Persiapan itu dilakukan ketika ketegangan meningkat setelah pengunduran diri Morales pada Ahad.
Petugas polisi di unit yang bertugas melindungi dewan legislatif kota, mengatakan, mereka mengantisipasi konfrontasi serius. Mereka akan menggunakan amunisi aktif. Kepala polisi mengatakan di TV, dia sedang mencari dukungan militer. Legislator yang membahas persiapan pemerintah sementara di majelis telah dievakuasi polisi.
"Ini sangat mengkhawatirkan. Ada banyak ketakutan dan kepanikan tadi malam. Saya pikir orang juga sama jika tidak lebih takut malam ini," kata seorang diplomat Barat di kota itu,
Sebagian besar kedutaan besar ditutup dengan staf yang bekerja dari rumah. "Bahayanya tidak sembarangan. Jadi orang bisa dengan mudah terjebak dalam sesuatu," ujarnya.
Atas kondisi yang semakin mencekam, Komandan Angkatan Bersenjata Bolivia Williams Kaliman telah memerintahkan pasukan melakukan operasi bersama dengan polisi. Mereka bergabung dalam menghadapi kelompok yang dituding akan melakukan perusakan.
Keputusan mundur presiden adat pertama Bolivia terjadi atas protes yang berlangsung selama beberapa pekan. Tuntutan unjuk rasa menuntut kecurangan dalam pemilihan 20 Oktober.
Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) menyampaikan laporan yang memberatkan ke dalam penyimpangan serius selama pemilihan Oktober pada Ahad. Laporan ini pun mendorong partai sekutu yang berkuasa untuk mundur dan tentara pun mendesak Morales juga untuk mundur.