Seorang pengunjuk rasa anti pemerintah Hong Kong ditembak petugas kepolisian dari jarak dekat, di wilayah Sai Wan Ho, Hong Kong Timur, pada Senin (11/11) pagi.
Dalam video yang beredar di dunia maya, terlihat petugas polisi berusaha menangkap seorang demonstran berbaju putih. Tak lama kemudian, seorang pengunjuk rasa berbaju hitam mendekat dan berusaha merenggut senjata petugas.
Namun, polisi tersebut menembakan timah panasnya ke arah pengunjuk rasa berbaju hitam tersebut dan menyebabkannya terluka parah hingga tak sadarkan diri.
Insiden ini menandai peristiwa penembakan ketiga, yang dilakukan oleh petugas kepolisian Hong Kong terhadap pengunjuk rasa. Sebelumnya pada 1 Oktober 2019, seorang siswa tertembak di bagian dada saat bentrokan terjadi antara demonstran dan petugas kepolisian. Siswa tersebut berhasil diselamatkan setelah mendapat perawatan intensif dari pihak rumah sakit.
Setelahnya, seorang remaja berusia 14 tahun juga terkena tembakan di bagian kakinya. Namun, ia juga berhasil diselamatkan oleh petugas medis.
Kepolisian Hong Kong mengonfirmasi insiden penembakan ini lewat pernyataan di Twitter, dan mengatakan bahwa mereka juga telah menahan senjata dari dua petugas polisi lainnya di dua wilayah berbeda.
Pihak rumah sakit tempat pengunjuk rasa tersebut mendapat perawatan, menyampaikan bahwa kondisi korban saat ini kritis. Meski tim dokter berhasil mengeluarkan peluru dari tubuh korban, namun ada kerusakan dalam organ tubuhnya.
Baca juga: Otoritas Hong Kong Akan Larang Penutup Wajah Saat Unjuk Rasa
Kekerasan Meningkat
Bentrokan ini terjadi sepekan setelah seorang pelajar meninggal akibat jatuh dari sebuah gedung saat aksi unjuk rasa dibubarkan oleh polisi.
Menurut Anson Yip, seorang warga di Sai Wan Ho, Hong Kong Timur, pengunjuk rasa yang terlibat bentrok pada Senin (11/11), sebelumnya melemparkan benda-benda yang terbuat dari plastik dan menciptakan blokade jalan untuk menghalangi polisi yang datang.
“Mereka tidak menyerang, polisi tiba-tiba datang dan langsung menembak. Terdengar tiga suara tembakan, seperti ‘dor,dor,dor’,” ujar pria berusia 36 tahun ini.
“Pengunjuk rasa melawan pemerintah, dan itulah mengapa polisi menembak mereka.”
Setelahnya, polisi menembakan gas air mata di wilayah tersebut. Tak lama setelah petugas forensik meninggalkan tempat kejadian, pengunjuk rasa dan warga sekitar membentuk barikade di lokasi bercak darah tersebut.
“Ketika saya datang, jalan sudah di blokade dan orang-orang berteriak ke arah petugas, menyebut mereka pembunuh,” ujar Wing seorang petugas kepolisian berusia 24 tahun, yang tidak bersedia menyebutkan nama lengkapnya.
Baca juga: Protes Terus Berlanjut, Jumlah Kunjungan ke Hong Kong Anjlok 40 Persen
Dalam pernyataannya, kepolisian Hong Kong memperingatkan para pengunjuk rasa untuk segera berhenti melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum.
Suasana Semakin Menegangkan
Aktivis pro demokrasi, Joshua Wong, mengatakan di Twitter-nya bahwa peristiwa kekerasan oleh petugas kepolisian telah terjadi semenjak pagi hari. Sebuah rekaman video yang ia unggah menunjukan bentrok antara pengunjuk rasa dan petugas kepolisian.
Unjuk rasa anti pemerintah Hong Kong ini telah terjadi berbulan-bulan sejak Juni 2019. Pengunjuk rasa turun ke jalan dan menuntut penolakan terhadap perjanjian ekstradisi Cina. Sejak saat itu, gelombang protes menjadi semakin besar.
Pengunjuk rasa biasanya memblokade jalan pada jam-jam sibuk, hingga sering menyebabkan gangguan pada perjalanan kereta dan menimbulkan kemacetan. Lebih dari 3.300 orang telah ditahan oleh petugas kepolisian akibat aksi ini.
Menurut jurnalis DW, Mathias Bölinger, ketegangan terjadi di seluruh kota. Pekerja kantoran yang bergabung dalam unjuk rasa ditembaki gas air mata oleh petugas polisi.
Biasanya aksi unjuk rasa terlihat lebih kondusif saat siang hari. Namun, menjelang malam hari, petugas mulai menembakan gas air mata ke arah demonstran. Hal ini membuat banyak pekerja kantoran mempercepat jam kerja mereka untuk bergegas pulang ke rumah.
pkp/yp (Reuters, AFP, AP)