REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Dwina Agustin
Pengunduran diri Presiden Bolivia Evo Morales dan wakilnya mendapatkan banyak tanggapan dari berbagai negara. Beberapa menentang sikap oposisi yang melakukan kudeta, sementara yang lainnya mendorong pemilihan ulang yang lebih terbuka.
Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel Bermudez mengutuk kudeta di Bolivia. Dia menyalahkan kudeta yang dilakukan untuk menyebarkan kekerasan.
"Kami mengutuk strategi kudeta oposisi yang telah melancarkan kekerasan di Bolivia telah menyebabkan kematian, ratusan luka-luka, dan ekspresi rasisme terhadap penduduk asli. Kami mendukung Evo Morales," kata Bermúdez melalui Twitter.
Kementerian Luar Negeri Brasil menyatakan keprihatinan mendalam dengan penyimpangan besar dalam pemilihan yang dilakukan pada 20 Oktober lalu. "Brasil menganggapnya berkaitan dengan seruan untuk pemilihan umum baru sebagai jawaban atas protes yang sah dari rakyatnya dan rekomendasi dari OAS setelah menemukan penyimpangan yang serius," kata pernyataan itu.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengutuk kudeta terhadap Evo Morales. Pernyataan itu keluar setelah Presiden Bolivia mengumumkan akan mengundurkan diri menyusul dorongan dari banyak pihak untuk melepaskan jabatannya. "Kami dengan tegas mengutuk kudeta yang terwujud terhadap saudara presiden kami," kata Maduro melalui akun Twitter.
Pendukung mantan presiden Bolivia Evo Morales bentrok dengan polisi di La Paz, Bolivia, Senin (11/11).
Presiden Nikaragua Daniel Ortega mengatakan, Nikaragua menolak terhadap praktik fasis yang mengabaikan konstitusi, hukum, dan institusionalisme yang mengatur kehidupan demokratis negara. "Pemerintah Nikaragua mengecam dan dengan keras mengutuk kudeta yang direalisasikan hari ini," kata Presiden Nikaragua Daniel Ortega, seorang veteran sayap kiri, dalam sebuah pernyataan.
Presiden Argentina Alberto Fernandez mengatakan bahwa kerusakan institusional di Bolivia tidak dapat diterima. Dia menyatakan kecaman pula atas kudeta yang terjadi di Bolivia untuk menurunkan Morales.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengkritik keterlibatan militer dalam mendorong Morales untuk mundur. Ia bahkan menawarkan suaka di Meksiko jika Morales membutuhkannya. "Meksiko akan mempertahankan posisinya untuk menghormati demokrasi dan institusi. Kudeta, tidak," ujar Ebrard melalui akun Twitter. n reuters/ap ed:yeyen rostiyani