REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin mengatakan Pertemuan Kontra Terorisme (CTF Summit) ke-lima yang berlangsung di Filipina telah memfasilitasi ide baru dalam mengatasi persoalan pencucian uang dan pendanaan aksi terorisme. Pertemuan ke-lima ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan bersama atau Manila Communique pada 14 November 2019.
Kiagus mengatakan kegiatan ini dapat mengidentifikasi strategi anti-pendanaan terorisme antara negara di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Kiagus menambahkan strategi khususnya menangani ancaman pencucian uang dan memberikan panduan operasional tentang mata uang digital dan aset kripto.
Selain itu, Kiagus melalui pernyataan bersama PPATK dengan Lembaga Intelijen Keuangan Filipina (AMLC) dan Lembaga Intelijen Keuangan Australia (AUSTRAC) mengatakan CTF Summit juga ikut mendukung adanya upaya mengatasi kejahatan transnasional yang makin berkembang pesat dan terorganisir. "CTF Summit makin menunjukkan peran strategis dalam merumuskan aksi bersama dan komitmen untuk memerangi kejahatan transnasional terorganisir seperti korupsi, perdagangan manusia dan eksploitasi seks anak," katanya dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (12/11).
CEO AUSTRAC Nicole Rose mengatakan CTF Summit dapat menjadi contoh kerja sama multilateral yang mendapatkan pengakuan global. Khususnya, terkait pendanaan terorisme dan kejahatan transnasional lainnya.
"Teroris dan organisasi kriminal lainnya telah berkembang pesat dengan jejaring yang semakin mengglobal, disertai dengan kecanggihan teknologi. Karena itu, penting bagi kita di regional untuk bersatu memerangi ancaman bersama," ujarnya.
Ia mengharapkan CTF Summit dapat menjadi wadah maupun inisiatif regional guna memerangi kejahatan bersifat transnasional. Selain itu, CTF Summit mendorong penguatan kerja sama antar pemangku kepentingan terkait.
PPATK bersama dengan AMLC dan AUSTRAC merupakan co-host dari kegiatan CTF Summit ke-lima di Filipina. CTF merupakan forum untuk menghimpun para penggiat intelijen keuangan serta perwakilan Lembaga Pengawas dan Pengatur, penyelenggara bidang keamanan, aparat penegak hukum, industri dan akademisi.
Namun, forum ini tidak hanya fokus terhadap pendanaan terorisme, melainkan juga isu yang berpotensi menjadi ancaman regional. Ancaman seperti penyalahgunaan teknologi keuangan baru, korupsi serta kejahatan berbasis korban seperti perdagangan manusia, perdagangan satwa liar yang dilindungi hingga perdagangan seks anak.