REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertemuan antara Novak Djokovic dan Roger Federer sangat ditunggu-tunggu oleh penggemar olahraga tenis dunia pada pertandingan kedua penyisihan grup ATP Finals 2019, di O2 Arena, London Inggris, Kamis (14/11) waktu setempat. Pasalnya, keduanya adalah petenis tersukses dalam beberapa tahun terakhir.
Pertandingan hebat keduanya musim ini terjadi di final Wimbledon yang dimenangkan Djokovic. Djokovic mengawali perjalanannya di turnamen tutup musim ini dengan meraih kemenangan atas Matteo Berrettini. Berbeda dengan Federer yang takluk dari Dominic Thiem. Sehingga Federer wajib menang atas Djokovic jika tak ingin gugur lebih awal.
Jelang pertemuannya dengan Federer, Djokovic meyakini penonton akan banyak mendukung pemain asal Swiss tersebut. Seperti yang terjadi di final Wimbledon. Dukungan dari tribun tertuju kepada Federer.
Kendati demikian, Djokovic mengklaim dukungan tersebut tak akan mempengaruhi permainannya di lapangan. Hal tersebut sudah ia buktikan ketika menggagalkan ambisi Federer meraih gelar grand slamnya ke-21 di Wimbledon.
"Saya mengerti mengapa ada begitu banyak dukungan untuk Roger, dia adalah siapa dia, dan apa yang telah dia capai dan kepribadiannya, dia pantas mendapatkannya," kata Djokovic dilansir tennis365, Senin (11/11).
Djokovic mengatakan, sepanjang kariernya terkadang kerumunan di tribun mendukungnya namun juga kadang sebaliknya. Oleh karena itu, menurut dia, belajar cara mengatasi hal tersebut merupakan kewajiban.
"Saya akan menerimanya dan menghormatinya, dan hanya itu. Saya akan mencoba untuk fokus pada apa yang perlu dilakukan untuk memenangkan pertandingan tenis," ujar Djokovic menambahkan.
Ketika ditanya tentang kemungkinan permainan Federer akan dipengaruhi kekalahan di Wimbledon Juli lalu, Djokovic tak bisa memprediksi. Namun, pemain asal Serbia itu berharap Federer tak memiliki pikiran untuk membalas kekalahan tersebut.
Djokovic memiliki tekad mengambil posisi ranking satu dunia dari tangan Rafael Nadal. Untuk merebutnya, setidaknya ia harus bisa lolos ke final sehingga bisa menyamai rekor Pete Sampras yang mengakhiri tahun sebagai peringkat satu keenam kalinya.