REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gempa bumi berkekuatan 6,6 skala richter mengguncang wilayah selatan Kepulauan Mindanao, Filipina, pada (29/10) lalu. Tim Dompet Dhuafa hadir memberikan bantuan kemanusiaan kepada penyintas bencana gempa bumi di Provinsi Cotabato, Mindanao, Filipina, dari 4 November 2019.
Salah satu korban bencana, Gallentes (62), mendirikan tenda sederhana di area dekat reruntuhan rumahnya. Tidak ikut mengungsi, menjadi pilihan terberatnya. Karena harus menjaga ternak sebagai satu-satunya aset yang tersisa. Gallentes pun bertemu dengan tim Dompet Dhuafa yang sedang melakukan evakuasi.
"Selain bantuan logistik, Gallent menjadi warga pertama yang dibangunkan Huntara (Hunian Sementara) oleh Dompet Dhuafa. Kado cinta dari warga Indonesia untuk penyintas bencana gempa Filipina," kata Direktur Dompet Dhuafa Konstruksi, Herdiansyah, dikutip dari laman resmi Dompet Dhuafa, Rabu (13/11).
Kisah Gallentes hanya satu dari banyaknya kisah yang dialami oleh para penyintas gempa Filipina. Sedikitnya 22 orang dinyatakan tewas dan sebanyak 35 ribu jiwa mengungsi, lantaran dampak bencana tersebut.
Sampai saat ini, Tim Dompet Dhuafa tercatat sebagai satu-satunya lembaga kemanusiaan asing (NGO) pertama yang masuk wilayah gempa di Filipina. Memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk merencanakan pembangunan hunian sementara bagi korban yang kehilangan tempat tinggalnya, menjadi sasaran respon tim Dompet Dhuafa kali ini.
"Rumtara Gallentes dibangun dalam waktu 48 jam. Ia tinggal beserta anak, cucu dan menantunya. Dengan haru bahagia, ia mendoakan yang terbaik untuk Indonesia, khususnya donatur Dompet Dhuafa," ucap Herdiansyah.
Di samping itu, tim Dompet Dhuafa membawa bantuan antara lain berupa logistik, sanitasi air, kesehatan, juga terapi trauma bencana. Dalam respon kali ini juga mempersiapkan pendirian huntara untuk keluarga penyintas bencana. Pos Dompet Dhuafa juga berada di salah satu wilayah pusat evakuasi, yakni daerah Makilala, Mindanao Utara. Di sana ada sekitar 200 keluarga yang masih mengungsi.