REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang warga China mengaku bersalah karena mencuri rahasia dagang dari perusahaan minyak Amerika Serikat (AS) Phillips 66 (PSX.N), Selasa (12/11). Menurut Departemen Kehakiman AS, dia bekerja di perusahaan itu bidang penelitian dan pengembangan teknologi baterai generasi berikutnya.
Hongjin Tan diduga mencuri informasi mengenai riset dan pengembangan produk pasar energi hilir yang bernilai lebih dari satu miliar dolar AS. Departemen mengidentifikasi perusahaan tempat dia bekerja adalah Phillips 66, dalam dokumen pengadilan yang diajukan di Oklahoma.
"Permohonan bersalah Tan terus mengisi gambaran pencurian kekayaan intelektual Amerika di China," kata Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional John Demers.
Pria berusia 36 tahun ini adalah staf ilmuwan di Phillips 66 di Bartlesville, Oklahoma, dari Mei 2017 hingga Desember 2018. Perusahaan itu mengatakan pada Desember, mereka bekerja sama dengan Biro Investigasi Federal (FBI) dalam penyelidikan yang melibatkan mantan karyawan itu dan menolak memberikan rincian.
Pernyataan tertulis FBI mengatakan, Phillips 66 menelepon FBI tersebut pada Desember 2018 untuk melaporkan pencurian rahasia dagang. Laporan itu terjadi di sekitar waktu yang sama ketika Tan mengatakan kepada seorang mantan rekan kerjanya kalau dia akan kembali ke China.
Tan ditangkap sebelum kembali ke China. FBI pun menemukan perjanjian kerja dari perusahaan China yang telah mengembangkan jalur produksi untuk bahan baterai lithium ion pada laptop Tan.
"Departemen meluncurkan Inisiatif China untuk memerangi secara tepat jenis perilaku yang tercermin dalam permohonan hari ini, perilaku ilegal yang merugikan warga Amerika dari pekerjaan mereka dan kami akan terus melakukannya," ujar Demers.
Dalam perjanjian pembelaan, Tan mengaku sengaja menyalin dan mengunduh materi penelitian dan pengembangan tanpa izin dari perusahaan. Atas pengakuan itu, dia akan dijatuhi hukuman pada 12 Februari. Departemen Kehakiman mengatakan, setuju menjatuhi hukuman hingga dua tahun penjara yang sesuai dengan ganti rugi 150 ribu dolar AS kepada Phillips 66.
Tan bertanggung jawab atas penelitian dan pengembangan program baterai perusahaan AS dan mengembangkan teknologi baterai menggunakan proses yang dimilikinya. Phillips 66 mengatakan kepada FBI, telah memperoleh sekitar 1,4 miliar hingga 1,8 miliar dolar AS dari teknologi itu.