Seorang guru asal Australia Timothy Weeks yang telah disandera oleh Taliban selama tiga tahun mungkin akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan dengan Pemerintah Afghanistan.
Pemerintah Afghanistan mengatakan akan membebaskan tiga komandan senior Taliban sebagai imbalan atas pembebasan Timothy Weeks dan Kevin King dari Amerika Serikat.
Weeks yang berasal New South Wales sedang bertugas di American University of Afghanistan di Kabul bulan Agustus 2016 ketika dia dan King diculik empat pria bersenjata.
Mereka diserang ketika sedang meninggalkan kampus kembali ke penginapan mereka.
Beberapa hari setelah penculikan, Presiden AS ketika itu Barack Obama memerintahkan misi rahasia pasukan khusus Navy SEALs untuk membebaskan mereka.
SEALs menggerebek sebuah tempat persembunyian di Afghanistan dan menewaskan tujuh orang dalam kontak senjata. Namun kedua sandera sudah dipindahkan ke lokasi lain.
Pembicaraan damai antara Kabul dan Taliban gagal mencapai kesepakatan bulan September tahun ini, sebagian karena kelompok militan ini menolak tekanan AS dan Afghanistan guna membebaskan kedua orang sandera.
Utusan khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad terbang ke Kabul awal bulan ini dan menimbulkan harapan adanya terobosan dalam perundingan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengumumkan pembebasan bersyarat tiga komandan tersebut dalam pidato televisi hari Selasa (12/11/2019).
"Dalam usaha untuk membuka jalan bagi perundingan tatap muka dengan Taliban, pemerintah memutuskan untuk membebaskan tiga tahanan Taliban bagi pembebasan dua profesor," kata Presiden Ghani.
Salah satu tahanan Taliban adalah Anas Haqqani, saudara laki-laki kepala jaringan Haqqani, salah satu kelompok berpengaruh di Taliban.
Sejauh ini belum ada komentar terbuka dari pihak Taliban.
Tanpa pertolongan
Bulan Januari 2017, Taliban merilis video yang menunjukkan Kevin King dan Timothy Weeeks memohon kepada Pemerintah Australia dan AS untuk berunding dengan penculik mereka.
"Mereka yang berjanji untuk menolong kami dan mengurus kami ketika timbul masalah telah melanggar janjinya. Kami di sini tanpa pertolongan dan tanpa harapan," kata Timothy Weeks ketika itu.
Dalam video ini, Timothy Weeks menangis dan mengirim pesan langsung kepada orangtuanya.
"Saya tahu saya mungkin tidak akan bertemu lagi, namun tolong Pak, saya ingin pulang. Tolong bicara dengan Pemerintah AS, agar mereka berbicara dengan orang-orang ini," katanya.
"Bila kami di sini lebih lama lagi, kami akan dibunuh. Kami tidak ingin mati di sini."
Pemerintah AS menawarkan hadiah Rp 15 miliar bagi informasi yang bisa mengungkap keberadaan dan pembebasan Kevin King.
Tahun lalu Rektor American University of Afghanistan, Kenneth Holland, mengatakan Taliban bersedia melakukan pertukaran tahanan.
"Mereka adalah guru Bahasa Inggris. Mereka tidak punya maksud lain kecuali membantu generasi muda Afghanistan untuk masa depan yang baik," kata Holland.
Taliban berulangkali memperingatkan bahwa Kevin King menghadapi masalah penyakit jantung dan ginjal yang "berbahaya".
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini