Rabu 13 Nov 2019 10:32 WIB

Senator Bolivia Deklarasikan Diri Jadi Presiden Sementara

Pendukung Evo Morales memboikot sesi parlemen penunjukan Anez secara formal.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Presiden Kedua Bolivia dan politikus oposisi Jeanine Anez (tengah) sambil memegang Alkitab mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Bolivia dari atas balkon Istana Quemado di La Paz, Bolivia, Selasa (12/11).
Foto: AP Photo/Juan Karita
Wakil Presiden Kedua Bolivia dan politikus oposisi Jeanine Anez (tengah) sambil memegang Alkitab mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Bolivia dari atas balkon Istana Quemado di La Paz, Bolivia, Selasa (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Wakil Presiden Kedua Senat Jeanine Anez mendeklarasikan iri sebagai presiden sementara Bolivia, Selasa (12/11). Keputusan itu diambil sesuai dengan hukum Bolivia yang telah mengatur tentang jabatan ketika presiden dan wakil presiden mengundurkan diri.

"Sebelum absennya presiden dan wakil presiden sebagai presiden Senator, saya langsung memikul tanggung jawab kepresidenan seperti yang disebut dalam tatanan konstitusional," kata politikus oposisi itu.

Baca Juga

Perempuan berusia 52 tahun ini mengambil alih kepemimpinan di hadapan anggota parlemen lainnya di Kongres. Dia mengajukan klausul konstitusional yang menyatakan dia berada di urutan berikutnya untuk memerintah negara itu setelah Morales dan wakil presidennya Alvaro Garcia mengundurkan diri pada Ahad.

Sebelumnya, Anez menyerukan agar rakyat Bolivia datang bersama-sama untuk melakukan penentuan nasib kepemimpinan negara. Hanya saja, dia gagal menjanjikan perlindungan bagi anggota parlemen Movimiento al Socialismo (MAS) yang telah meminta jaminan keamanan.

"Kami muncul dari salah satu episode paling gelap dari sejarah demokrasi kami. Bagi mereka yang telah menyebabkan kerusakan atau melakukan kejahatan apa pun: Tuhan dan keadilan akan menghakimi Anda," kata Anez.

Menurut kantor jaksa agung Bolivia, lebih dari 30 pejabat pemilu di seluruh negeri telah ditangkap setelah pengunduran diri Morales. Hal ini membuat anggota parlemen dari MAS tidak mendukung keputusan oposisi mendorong Anez.

Anggota partai MAS pendukung Morales pun memboikot sesi parlemen penunjukan Anez secara formal. Mereka menganggap pengangkatan Anez sebagai presiden sementara tidak sah. Belum jelas apakah pengangkatan Anez bisa memadamkan kerusuhan di La Paz dan kota-kota lain.

Senator dari MAS menyerukan protes agar kepemimpinan negara dikembalikan pra Morales. Dia meminta pemimpinnya menyelesaikan mandatnya pada Januari.

Pengunduran diri Morales terjadi setelah Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) menyatakan ada penyimpangan serius selama pemilihan 20 Oktober. Laporan itu pun mendorong sekutu politik dan tentara mendesak Morales untuk mundur.

Morales mengundurkan diri setelah berminggu-minggu protes atas pemilihan yang disengketakan dan tekanan dari pasukan keamanan pada Ahad. Morales menyebut langkah Anez menggantikannya sebagai bagian dari kudeta paling licik dan berbahaya dalam sejarah.

Warga La Paz berharap para politikus akhirnya akan memulihkan ketertiban di kota itu. Ibu kota diguncang kerusuhan sejak pemilihan oleh protes dan penjarahan. "Demokrasi berada dalam risiko dan mudah-mudahan itu akan diselesaikan hari ini," kata warga Isabel Nadia.

Federasi serikat buruh terbesar di negara itu telah mengancam pemogokan yang tidak terbatas jika politisi dan pemimpin sipil gagal memulihkan ketertiban. Gereja Katolik setempat telah menyerukan perdamaian dan jaminan keamanan bagi anggota parlemen.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement