REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada yang berbeda pada sudut ruangan di dua lantai Balai Kota Malang pekan lalu. Ruangan utamanya nampak dipenuhi puluhan gambar kartun yang begitu menarik mata. Pameran 80 karya kartun ini ternyata berhasil menarik minat para pelajar SD
Menariknya, kartun-kartun yang terpampang di papan kayu itu tidak hanya menonjolkan gambar unik. Namun beberapa di antaranya juga tertulis kalimat sindiran halus kepada para koruptor. Satu di antaranya seperti, "Jangan dibiaskan menyuap lho, Mam. Papa kuatir kalo besar jadi pejabat trus bagaimana?"
Ketua Pelaksana Pameran Saweran Kartun, Wirastho menjelaskan, kegiatan tahunan ini sebenarnya ide dari Partai Kartunis Ngalam (Paitun). Mereka ingin memberikan pendidikan antikorupsi dengan cara unik. Tidak hanya dengan pameran karikatur, tapi juga dengan diskusi publik.
Menurut Wirastho, panitia telah memberikan aturan tema di kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari tersebut. Para kartunis harus menghindari hal-hal berbau SARA dan bahasa sarkasme. "Supaya orang melihat tidak sakit hati, akan tetapi bisa menerima sebagai suatu bahan bercanda yang bisa memberikan penyegaran," jelasnya.
Wirastho berharap, keterlibatan kartunis bisa menjadi bagian dari kontrol sosial. Kemudian sebagai media komunikasi masyarakat kepada pemerintah. Karya-karyanya juga kelak dapat menjadi wadah pendidikan untuk masyarakat luas.
"Baik dari masyarakat atau kartunis sendiri, harapannya itu bisa membaca karya itu dan kembali ke dirinya sendiri," tegasnya.
Walikota Malang, Sutiaji mengaku sangat menyambut baik pameran karikatur bertemakan "Dikorupsi" tersebut. Menurutnya, kegiatan ini sesuai dengan upaya pemerintah dalam memerangi korupsi. Hal ini termasuk harapan agar semangat antikorupsi semakin kuat di masa depan.
Sutiaji berpendapat, media kartun memiliki sentuhan luar biasa dalam menyampaikan kritik sosialnya. Untuk itu, ia berharap, gambaran tersebut dapat menjadi bahan introspeksi bagi masyarakat dan pemerintah. "Dan menjalankan apa yang dilihatnya itu untuk kesehariannya," tambah pria berkacamata ini.
Pameran karikatur sendiri sudah dilaksanakan sebanyak dua kali di Kota Malang. Oleh karena itu, Sutiaji menginginkan agar kartun-kartun antikorupsi ini dapat dibukukan. Lalu bisa menjadi bahan ajar untuk anak-anak SD.
"Pada kartun tersebut, tidak ada kekerasan. Artinya, pesan yang disampaikan itu pesan moral untuk semuanya, tidak kenal usia," jelas Sutiaji.