"Saya akan mengambil segala tindakan yang dibutuhkan agar negara ini damai," ujar Jeanine Anez Selasa (12/11) malam waktu setempat, setelah ia mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Bolivia.
Sebenarnya mantan wakil Senat ini masih harus ditunjuk oleh Parlemen, tetapi karena kuorum tidak tercapai, Parlemen tidak dapat mengambil keputusan. Politisi oposisi ini hanya mendapatkan dukungan dari Mahkamah Konstitusi. Anez dalam pidatonya di depan Kongres berjanji untuk mengadakan pemilu secepat mungkin. Hanya lawan Morales yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Tidak lama setelahnya massa di La Paz turun ke jalan untuk memprotes dekralasi Anez. Banyak pendukung Morales mencoba masuk ke gedung Kongres dan berteriak: "Anez harus turun." Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Evo Morales menanggapi deklarasi Anez di Twitter dari Meksiko dan mengutuk ini sebagai "kudeta terlicik dan terjahat dalam sejarah."
Evo Morales dapatkan suaka dari Meksiko
Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales berangkat ke Meksiko pada Senin (11/11), menggunakan pesawat pemerintahan Meksiko. Menurut Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, pihaknya memang mengirimkan pesawat mereka ke La Paz, Bolivia, untuk digunakan Morales.
"Pesawat angkatan udara Meksiko telah membawa Morales," ujar Ebrard dalam Twitternya. "Menurut konvensi internasional, Morales berada di bawah perlindungan Meksiko. Kehidupan dan integritasnya aman," katanya.
Dalam pernyataannya, Ebrard menyebut bahwa Meksiko memberikan suaka terhadap Morales atas alasan kemanusiaan. Ia menambahkan bahwa Morales juga menghadapi situasi genting di Bolivia. Ebrard menambahkan, nyawa serta integritas Morales sedang dalam bahaya.
Sempat beredar foto Morales yang sedang memegang bendera Meksiko di dalam pesawat Gulfstream G550.
"Saudara-saudara, saya terbang ke Meksiko," cuitnya di Twitter, seraya menambahkan bahwa ia bersyukur karena Meksiko telah memberikan suaka padanya. "Sangat menyakitkan harus meninggalkan Bolivia karena alasan politik, tapi saya akan terus memantau," tambahnya. "Saya akan segera kembali dengan kekuatan dan semangat yang lebih kuat."
Morales mengumumkan tentang pengunduran dirinya, pada Minggu (10/11), setelah terjadi aksi protes selama berminggu-minggu. Warga berunjuk rasa karena merasa ada kecurangan di pemilu 20 Oktober 2019, yang membuat Morales menang terhadap lawannya, yakni Carlos Mesa.
Dalam waktu 48 jam setelahnya, sekitar 20 pejabat pemerintahan lainnya juga mengundurkan diri, termasuk menteri, gubernur dan wali kota.
Seperti yang dilaporkan oleh surat kabar El Deber dan Todo Noticias, Menteri Dalam Negeri Bolivia, Carlos Romero pun berlindung ke gedung kedutaan Argentina.
Baca juga: Presiden Bolivia Kutuk Demonstran yang Seret dan Cukur Paksa Wali Kota Vinto
Trump puji pengunduran diri Morales
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyebutpengunduran diri Presiden Bolivia menjadi momen penting bagi demokrasi di negara-negara barat.
"Setelah hampir 14 tahun, upaya-upaya yang berasal dari kehendak rakyat dilakukan, pengunduran diri Morales menjadi pembuka jalan bagi rakyat Bolivia untuk membuat suara mereka didengar," ujar Trump dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, sebelumnya mendesak Bolivia menjalankan konstitusi dan menentukan pengganti yang sah untuk Morales, serta mengimbau warga Bolivia menahan diri dari kekerasan.
Hindari Pertumpahan Darah
Negara-negara Uni Eropa (UE) mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya kerusuhan lanjutan, terutama saat para pendukung Morales turun ke jalan pada Senin (11/11), sambil mengibarkan bendera.
Panglima militer Bolivia, Jenderal Williams Kaliman mengatakan, selama berminggu-minggu tentara Bolivia telah mengerahkan segala upaya untuk menangani situasi ricuh, maka sekarang waktunya mereka memberikan bantuan untuk memulihkan keadaan.
Pasukan gabungan polisi dan tentara dikerahkan untuk melakukan upaya menghindari pertumpahan darah, serta meminta rakyat Bolivia untuk membantu memulihkan perdamaian.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini mengatakan, negara-negara Uni Eropa mengharapkan pemilihan presiden sementara Bolivia, yang dijalankan secara kredibel dalam waktu dekat. Tetapi ia juga menekankan pentingnya menghindari segala bentuk kekerasan dari pihak mana pun.
Mogherini menambahkan bahwa UE sedang mempertimbangkan apakah akan mengirim tim pemantau ke Bolivia, bila terjadi pemungutan suara baru.
ag/pkp/rap/ts (Reuters, dpa, AP, AFP)