Kamis 14 Nov 2019 05:05 WIB

Pertama Kalinya, Audiensi Publik Pemakzulan Trump akan Disiarkan di TV

Mereka yang bersaksi diprediksi akan memberatkan posisi Trump.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/AP Photo/R. Drew
picture-alliance/AP Photo/R. Drew

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump akan menghadapi tantangan paling berbahaya selama tiga tahun kepemimpinannya karena potensi pemakzulan terhadap dirinya diprediksi semakin kuat. Untuk pertama kalinya, pada Rabu (13/11), seluruh warga negara AS bisa menyaksikan audiensi publik yang merupakan rangkaian proses penyelidikan terhadap pemakzulan Trump, yang akan disiarkan secara langsung di televisi.

Rencananya sidang dengar pendapat akan digelar pukul 10 pagi waktu AS. Selama ini, proses penyelidikan terkait pemakzulan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berlangsung secara tertutup.

Trump terlihat kesal dan tidak menyukai rencana ini. "Sidang seharusnya tidak disiarkan secara terbuka," kata Trump kepada wartawan Jumat (8/11) lalu.

Pihak Partai Demokrat yakin dan akan membuktikan bahwa Trump telah menyalahgunakan jabatannya, karena meminta bantuan Ukraina untuk menyelidiki tentang bisnis putra Joe Biden, mantan Wakil Presiden AS, yang menjadi saingan Trump di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS, pada tahun 2020 mendatang.

Dalam dinamika politik AS baru-baru ini, presiden yang menghadapi kemungkinan dimakzulkan harus mengundurkan diri, bila tidak presiden akan menghadapi kenyataan bahwa masyarakat dapat memberikan kesaksian yang dapat merusak citra dirinya secara langsung di televisi.

Dinanti warga AS

Sebelumnya, kasus serupa juga dialami oleh Presiden AS terdahulu, seperti Richard Nixon dan Bill Clinton. Presiden AS, Bill Clinton, sekitar 20 tahun yang lalu juga dimakzulkan oleh DPR, namun dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan oleh senat. Sedangkan Presiden ketiga AS, Richard Nixon mengundurkan diri sebelum dimakzulkan.

Menurut profesor manajemen politik di Universitas George Washington, Michael Cornfield, sidang dengar pendapat pada Rabu (12/11), akan sangat dinanti masyarakat. "Semuanya akan terpusat ke audiensi, dan ini peristiwa bersejarah."

Ada tiga sidang dengar pendapat yang rencananya digelar pada minggu ini. Dua pada Rabu (13/11), dan satu lagi pada Jumat (15/11). Meskipun disiarkan secara langsung di televisi, Cornfield meragukan bahwa tayangan ini hanya akan menjadi tontonan hiburan bagi masyarakat. "Orang-orang tahu tentang apa ini," ujarnya.

"Tidak ada iklan, kecuali saat jeda, mengindikasikan bahwa ini audiensi serius."

Saksi-saksi Taylor, Kent, Yovanovitch: Memberatkan Trump

Sidang dengar pendapat pada Rabu (13/11), akan dimulai dengan mendengarkan kesaksian dari Bill Taylor, duta besar AS untuk Ukraina. Sebelumnya Taylor bertugas di Kyiv, Ukraina menggantikan Marie Yovanovitch, yang telah dipanggil kembali ke AS pada Mei 2019.

Ini merupakan kesaksian kedua Taylor, tentang peristiwa yang terjadi di Ukraina. Pada Oktober lalu, ia telah bersaksi di hadapan Komite Intelijen Dewan, bahwa pemerintahan Trump bersedia untuk mengirim kembali bantuan militer ke Ukraina, bila presiden Ukraina mau secara terbuka mengumumkan penyelidikan korupsi terhadap putra Joe Biden.

Politik balas budi, yang biasa disebut "quid-pro-quo" inilah yang dibantah Trump hingga hari ini.

George Kent, seorang diplomat AS, juga akan memberikan kesaksian tentang hubungan Trump dan pihak Ukraina untuk kedua kalinya, pada hari Rabu (13/11). Kent pernah mengeluarkan tuduhan serius terhadap Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump, dengan mengatakan bahwa Giuliani menyerukan "kampanye kebohongan" terhadap diplomat AS, Marie Yovanovitch.

"Pernyataan dan tuduhan Giuliani terhadap mantan Duta Besar, Yovanovitch tidak berdasar, tidak benar, titik," kata Kent.

Yovanovitch akan bersaksi di depan umum pada hari Jumat (15/11). Pada sidang pertamanya, dia mengatakan bahwa dirinya terkejut atas kampanye kebohongan yang dilakukan oleh Giuliani dan orang-orang kepercayaan Trump terhadap dirinya.

Sebelumnya, Yovanovitch mengatakan kepada penyelidik yang bertugas memeriksa upaya pemakzulan Trump ini bahwa ia sempat diberi saran oleh duta besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland, agar memuji Trump di Twitter, karena itulah yang disukai presiden.

Namun setelahnya, Sondland, yang merupakan loyalis Trump, juga mengakui adanya peristiwa politik balas budi Trump dan pihak Ukraina yang kontroversial itu.

Dalam kesaksiannya di sidang dengar pendapat yang tertutup, pekan lalu, Sondland mengungkapkan bahwa dialah yang memberi info kepada penasihat presiden Ukraina, bahwa AS tidak akan mengirim bantuan militer ke Ukraina, kecuali bila Ukraina mau mengumumkan penyelidikan terhadap putra Biden.

Kampanye Trump terancam bahaya

Cornfield mengatakan bahwa Trump sulit mengelak dari fakta-fakta yang telah diungkap selama sidang dengar pendapat digelar sejauh ini. Hal itu justru akan diperkuat oleh kesaksian publik pada Rabu (13/11) yang dapat ditonton seluruh warga AS di televisi.

"Fakta-faktanya semua memberatkan. Dia tidak punya pembelaan terhadap fakta-fakta itu. Satu-satunya yang dapat dia perdebatkan adalah bahwa apa yang dia lakukan bukan merupakan pelanggaran yang dapat berimbas pada pemakzulan."

Cornfield juga yakin bahwa audiensi publik ini akan berdampak pada upaya pemilihan ulang Trump. "Mungkin presiden mengundurkan diri sebelum pemilihan, jika tidak dia akan merugikan dirinya sendiri," katanya.

(pkp/rap) Reuters, AFP, AP

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement