REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Keponakan seniman multitalenta asal Yogyakarta RM Gregorius Djaduk Ferianto, Suci Senanti, mengatakan bahwa mendiang Djaduk dikenal sebagai seorang yang sangat humoris. Menurutnya, adik kandung Butet Kertadjasa itu suka guyon baik dengan rekan sesama seniman maupun kerabat keluarga.
"Pak Djaduk itu orangnya suka guyon (bercanda), (kalau ketemu) pasti guyon, semua orang di "bully"," kata Suci di rumah duka wilayah Dusun Kembaran, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu.
Bahkan, menurut Suci, ada salah satu anggota keluarga yang sering mendapat sasaran candaan Djaduk. Pihak keluarga pun sempat tak memercayai bahwa Djaduk memang sudah tiada.
"Yang paling sering di-bully itu ibuku. Makanya tadi datang ke sini (rumah duka), saya masih tidak percaya. Bangun-bangun, nanti yang mem-bully ibu siapa. Bangun, sudah tho nggak usah guyon," kata Puti Lokita, anak Elia Gupita, saudara Djaduk.
Djaduk mengembuskan napas terakhir karena mengalami serangan jantung pada Rabu (13/11) pukul 02.30 WIB. Pemimpin grup musik Keroncong Sinten Remen itu berpulang di tengah kesibukannya menyiapkan konser musik jazz "Ngayogjazz".
"Keinginan besar saya kurang tahu, tapi rencananya ada "Ngayogjazz" pada 16 November nanti dan tahun depan berencana ke Afrika sama Pak Butet, untuk kolaborasi sama seniman Afrika di sana," kata Suci.
Menurut Suci, sehari sebelum meninggal atau Selasa (12/11) malam, Djaduk sempat berkumpul bersama rekan-rekan Ngayogjazz. Ia menduga almarhum mengalami kelelahan.
"Tanda-tanda serangan jantung. Ada riwayat memang, kalau yang akhir-akhir ini rutin untuk cek itu diabetesnya sama asam lambung," katanya.
Jenazah Djaduk disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiharjo Kasihan, Bantul untuk dimakamkan di makam keluarga di Sembungan, Kasihan, Bantul pada pukul 15.00 WIB. Ribuan pentakziah turut mengiringi proses pemakaman almarhum aktor asal Yogyakarta itu.