REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan fintech peer to peer (P2P) financing syariah ALAMI hari ini mengumumkan komitmen pendanaan dengan empat investor berskala multinasional. Komitmen ini terangkum dalam inisiatif penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding).
Kesepakatan ini merupakan pertama kalinya di kawasan Asia Tenggara. Adapun investasi di tahap seed round ini dipimpin oleh Golden Gate Ventures dengan skema akad musyarakah.
Beberapa nama investor yang bergabung dalam komitmen pendanaan ini yakni Agaeti Ventures, RHL Ventures, dan seorang angel investor Aamir Rahim dari Hong Kong melalui Zelda Crown. Keempat investor ini bersepakat untuk memberikan suntikan modal kepada ALAMI dengan prosedur yang sesuai dengan syariat Islam.
Menurut CEO ALAMI Dima Djani, pihaknya saat ini terus berupaya mengenalkan nilai-nilai syariah dalam setiap prosedur kerjasama dengan pihak mitra, termasuk dengan para calon investor. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen ALAMI dalam mengimplementasikan esensi syariah tidak hanya dalam produk dan layanan, namun juga sampai ke sumber pendanaan.
“Sebagai perusahaan yang menawarkan produk dan jasa keuangan berbasis syariah, kami ingin memberikan nilai tambah kepada bisnis dan juga stakeholders. Hal ini merupakan hal yang baru bahwa perusahaan startup syariah Indonesia sukses mengajak investor untuk melakukan pendanaan yang berbasis syariah," kata Dima, Rabu (13/11).
Dima berharap kedepannya, akan semakin banyak investor yang terbuka dengan skema fundraising seperti ini, khususnya untuk permodalan ke perusahaan startup syariah. Menurut Dima, upaya ALAMI untuk meyakinkan para investor tentang akad musyarakah dilandaskan pada pertumbuhan gaya hidup muslim modern yang kini sudah merambah ke banyak sektor, termasuk finansial.
Lebih lanjut, Dima memandang saat ini Indonesia telah lebih terbuka terhadap pengembangan peta jalan ekonomi syariah dan industri halal. Berdasarkan data Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019 yang dirilis Cambridge Institute of Islamic Finance (Cambridge IIF), Indonesia menempati urutan teratas dengan skor 81,93 melesat dari sebelumnya 57,8.
Berdasarkan penilaian tersebut, Indonesia dianggap telah mencatatkan kemajuan dari perkembangan regulasi serta peningkatan ekosistem industri perbankan dan keuangan syariah. Selain itu, dari sisi dukungan pemerintah, ekosistem keuangan syariah juga semakin diperkuat dengan peluncuran Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024.
“Para investor tersebut tentunya sudah menakar potensi market di Indonesia berdasarkan kondisi eksternal dan internalnya," tutur Dima.
Dari sisi internal perusahaan, ALAMI berhasil menunjukkan kesiapan perusahaan dan rencana bisnis yang matang untuk menyediakan lebih banyak lagi akses pembiayaan syariah bagi UKM di Indonesia. Sejak bulan Mei 2019 sampai Oktober 2019, ALAMI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 50,3 miliar ke berbagai sektor bisnis di Indonesia.