REPUBLIKA.CO.ID, VENESIA -- Kota Venesia, Italia, dilanda gelombang pasang tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Merespons situasi tersebut, Wali Kota Venesia Luigi Brugnaro siap menyatakan keadaan darurat.
Lebih dari 85 persen wilayah Venesia terendam banjir dengan ketinggian antara 1,87 meter pada Selasa (12/11) malam waktu setempat. Banjir melanda di tengah hujan lebat yang menggyur kota perairan tersebut.
Aktivitas perahu tradisional Venesia atau gondola yang biasa mengangkut para turis berkeliling terganggu akibat banjir. Di sepanjang Grand Canal para pendayung gondola harus membantu para penumpang memanjat bangunan melalui jendela karena kanal-kanal kecil di sana terbenam.
Di Gritti Palace, tempat yang biasa dikunjungi bangsawan dan selebritas tersohor dunia selama puluhan tahun tergenang air. Karpet-karpet mewah ditimpuk di atas meja. Sementara sofa-sofa beludru dan buku-buku bersampul kulit terendam.
Penjaga pantai telah mengerahkan kapal ekstra yang difungsikan sebagai ambulans air. La Stampa melaporkan dua orang meninggal akibat banjir di sana. Salah satu korban tewas karena tersengat listrik akibat hubungan arus pendek.
Dilaporkan The Guardian, Luigi Brugnaro menyalahkan krisis iklim sebagai penyebab terjadinya banjir di Venesia. Dia telah mengumumkan siap menyatakan keadaan darurat.
Brugnaro telah meminta Pemerintah Italia untuk segera membantu kota yang dipimpinnya. Dia pun berjanji proyek Mose yang telah lama tertunda dan dirancang untuk mencegah banjir akan dituntaskan.
Pada November 2018, Venesia sempat dilanda gelombang pasang tinggi dan meyebabkan kerusakan pada Basilika Santo Markus. Kerugian akibat bencana itu diperkirakan mencapai 2,2 juta euro.
Genangan air tertinggi yang pernah melanda Venesia tercatat pada 1966. Kala itu tinggi air mencapai 1,98 meter.