REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kementerian Perindustrian, E Ratna Utarianingrum menyebutkan bahwa pelaku industri kosmetik di Indonesia meningkat hingga 153 perusahaan, sehingga total saat ini mencapai lebih dari 760 perusahaan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 persen merupakan industri kecil dan menengah (IKM) dan sisanya industri skala besar, yang menyerap 75 ribu tenaga kerja langsung dan 600 ribu tenaga kerja tidak langsung.
“Indonesia memiliki potensi industri kosmetik cukup besar mengingat ketersediaan sumber daya alam yang kaya akan tanaman herbal yang secara turun temurun sudah banyak digunakan untuk kesehatan dan produk kosmetik,” kata Ratna di Jakarta, Rabu (13/11).
Menurut Ratna, potensi bahan baku lokal merupakan suatu kekuatan yang harus dioptimalkan agar produk kosmetik dalam negeri dapat mendominasi pasar dalam negeri.
Ratna berharap kegiatan Cosmetic Day itu dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahun, tentunya dengan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan, sehingga bisa menjadi semakin bermanfaat bagi pengembangan industri kosmetik lokal yang berdaya saing di pasar domestik maupun ekspor .
Kemenperin mencatat nilai ekspor industri kosmetik tumbuh sebesar 29,8 persen menjadi 677 juta dolar AS pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya yang angkanya 521 juta dolar AS.
Ratna memaparkan Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yaitu mencapai 222 juta jiwa atau 87 persen dari total penduduk dan diproyeksikan pada tahun 2030 jumlahnya mencapai 238 juta jiwa.
Hal ini tentunya akan meningkatkan permintaan produk fesyen muslim nasional. Peluang pasar produk fesyen muslim juga terus mengalami peningkatan. Sebagai pendukung industri fesyen muslim, hal ini akan berdampak positif terhadap industri kosmetik
The State of Global Islamic Economic Report menyatakan bahwa konsumsi fesyen muslim dunia mencapai 270 miliar dolar AS dan pada tahun 2022 diproyeksikan konsumsi fesyen muslim akan meningkat menjadi 373 miliar dolar AS.
Sementara untuk pasar domestik, konsumsi produk fesyen muslim mencapai 20 miliar dolar AS dengan laju pertumbuhan rata-rata 18,2 persen. Besarnya peluang pasar ini tentunya harus dimanfaatkan oleh industri fesyen dalam negeri.