Rabu 13 Nov 2019 23:00 WIB

Pesona Masjid Warisan Dinasti Mamluk

Masjid Sultan Hasan dianggap sebagai salah satu karya agung Dinasti Mamluk.

Red: Agung Sasongko
Masjid Sitt Hadaq
Foto: masjidannuur.com
Masjid Sitt Hadaq

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketika pada awal abad ke-13 dunia Islam mengalami perpecahan politik, muncul sebuah dinasti  di Mesir yang memberi warna baru dalam sejarah politik Islam. Dinasti itu bernama Mamluk, sering juga disebut Mamalik.  

Dalam bahasa Arab, kata mamluk berarti budak. Sesuai dengan arti kata itu, Dinasti Mamluk didirikan oleh kaum budak. Sebenarnya ada dua pemerintahan Islam yang didirikan oleh kaum Mamluk, yakni Dinasti Mamluk di India (1206-1290) yang didirikan oleh Qutbuddin Aybak dan Dinasti Mamluk di Mesir (1250-1517). Namun, Dinasti Mamluk di Mesir inilah yang lebih terkenal. Pemerintahan Dinasti Mamluk di Mesir bersifat oligarki militer dan membawa banyak kemajuan. 

Sistem oligarki militer yang dijalankan Dinasti Mamluk merupakan yang pertama kali diterapkan dalam sistem pemerintahan Islam. Dalam sistem pemerintahan seperti ini, susunan kepemimpinan dipilih di antara Mamluk yang paling kuat dan berpengaruh dan bukan melalui garis keturunan. Karena itu, sistem ini lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. Sultan yang lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang mamluk yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat.

Dinasti Mamluk mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Baybars. Kala itu, perekonomian dan perdagangan sangat maju. Begitu pula ilmu pengetahuan yang terlihat dari makin berkembangnya berbagai cabang ilmu seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Tak ketinggalan di bidang arsitektur. Dinasti ini juga membangun banyak gedung megah berarsitektur indah. Tiga di antaranya akan kita sambangi bersama-sama. 

Masjid Sultan Hasan

Selain piramida, inilah salah satu tempat yang sangat difavoritkan wisatawan kala melancong ke Kairo, Mesir.  Berlokasi sangat dekat dengan benteng Shalahuddin, masjid yang dulu merangkap sebagai bangunan madrasah itu merupakan masjid termegah dan terbesar di Mesir. Bangunannya paling tinggi, desainnya juga sangat indah. 

Masjid Sultan Hasan dianggap sebagai salah satu karya agung para arsitek Kesultanan Mamluk. Adalah Sultan Hassan bin al-Nasir Muhammad bin Qalawun yang memprakarsai pembangunan masjid ini pada 1356. Sang Sultan, seperti ditulis Caroline William dalam bukunya Islamic Monuments in Cairo, menginginkan adanya bangunan masjid dan sekolah agama bagi para pengikut Suni. Karena itu, bangunan masjid ini dibagi ke dalam empat bagian sesuai dengan empat mazhab utama yang dianut para pengikut Suni, yakni Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali.

Proses pembangunan Masjid Sutan Hassan memakan waktu tujuh tahun:  1356 hingga 1363. Bebatuan yang digunakan untuk membangun masjid ini didatangkan langsung dari kompleks piramida di Giza Necropolis, Kairo.

Saat ini, Masjid Sultan Hassan masih menjalani fungsinya sebagai tempat ibadah. Masjid inipun menjadi objek kunjungan para wisatawan. Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam kunjungannya ke Mesir beberapa waktu lalu juga sempat  menyambangi masjid ini. 

Masjid Sitt Hadaq

Terselip di antara bangunan modern di distrik Darb al-Gamamiz, Kairo, berdiri sebuah masjid bersejarah bernama Sitt Hadaq. Inilah salah satu peninggalan arsitektur Dinasti Mamluk yang menakjubkan. Dibangun sekitar 1339-1340 oleh Sitt Hadaq atau Sitt Miska, masjid itu masih kokoh berdiri hingga kini.

Sitt Hadaq adalah seorang budak wanita yang bekerja pada keluarga Sultan Nasir Muhammad ibnu Qalawun. Sultan memberinya amanah untuk mengawasi seluruh istrinya. Segala bentuk urusan rumah tangga berada di bawah kendali  Sitt Hadaq. Ia juga bertanggung jawab atas pendidikan dan latihan anak-anak Sultan. Karena tugas dan pengabdiannya itu, Sitt Hadaq mendapatkan kekayaan dan posisi sosial yang tinggi. Masjid itu merupakan wujud terima kasih dan pengabdiaan Sitt Hadaq kepada Allah SWT.

Calorine Williams, melalui esainya tentang Masjid Sitt Hadaq, menyebutkan bahwa bangunan itu merupakan satu-satunya masjid yang dibangun oleh seorang wanita dan masih bertahan hingga kini. Namun, seperti halnya bangunan bersejarah di Kairo lainnya, masjid ini juga mendapatkan tekanan dari perkembangan bangunan dan masyarakat di sekitarnya.

Dari luar, dekorasi yang menyelimuti masjid itu terlihat sederhana dan sangat tipikal dengan dekorasi zaman Dinasti Mamluk. Di kedua muka masjid itu juga dituliskan prasasti memanjang dalam bahasa Mamluk. 

Masjid Qaitbay

Meski ukurannya tidak terlalu besar, masjid ini sangat indah, unik, memiliki nilai seni yang tinggi, serta menerapkan desain arsitektur berkelas. Ukiran-ukiran yang menghiasi masjid ini dipahat oleh tangan-tangan yang luar biasa terampil.

Nama masjid ini merujuk pada penguasa Dinasti Mamluk yang dikenal menggemari seni arsitektur, yakni Sultan al-Ashraf Abu al-Nasr Qaitbay. Sang Sultan dinobatkan ketika berusia 24 tahun. Dalam rentang kekuasaannya yang mencapai hampir 30 tahun (1468-1496), Mesir menikmati ketenteraman dan kestabilan. Masa-masa aman ini, ia manfaatkan untuk menggalakkan pembangunan besar-besaran, termasuk membangun masjid dan madrasah. Istimewanya, setiap bangunan yang ia buat selalu tampil indah berkat pemahaman sang Sultan yang mendalam akan ilmu arsitektur. 

Begitu pun dengan Masjid Qaitbay yang berada di Kairo. Dilihat dari luar, masjid ini tampak sederhana, namun proporsional dan cantik. Masjid ini dilengkapi dengan sabil kuttab, yakni tempat yang digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat. Sabil kuttab ini berada di sisi kiri masjid sedangkan menara di sebelah kanannya. Di atasnya bertengger kubah raksasa yang artistik, dibalut pahatan dan ukiran yang rumit. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement