REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —- Saat masih miskin, Qarun adalah pengikut Nabi Musa yang taat. Setelah menjadi kaya raya berkat doa Nabi Musa, Qarun beralih haluan dan mengikuti adat budaya Mesir yang kala itu memang superior di atas rakyat Bani Israil yang menjadi warga negara kelas dua. Bila dalam ajaran Ibrahim hanya dikenal satu Tuhan, dalam mitologi Mesir Kuno, Qarun bebas memilih Tuhan mana yang akan dia sembah dari 29 dewa-dewi yang ada seperti Ra, Horus, Amun, Anubis, Sekhmet, atau Thoth.
Qarun memilih Sobek, atau dikenal juga dengan nama Sebek, Sebek-Ra, Sobeq, Suchos, Sobki, dan Soknopais, dewa kuno berbentuk buaya. Sobek pertama kali disebut dalam teks Piramid dan penyembahan terhadapnya terus berlangsung sampai ketika Mesir dikuasai Romawi pada sekitar abad 1 SM.
Beberapa sekte pengikutnya meyakini bahwa Sobek adalah pencipta dunia yang telah menciptakan tata keteraturan alam semesta. Sobek adalah dewa yang melambangkan Sungai Nil yang membawa kesuburan terhadap tanah Mesir. Sebagai 'Penguasa Air', dia diyakini bangkit dari air kegelapan Nun dan menciptakan Nil dari keringatnya. Ada legenda yang mengisahkan bahwa Sobek meletakkan telur di pinggir Sungai Nun dan kemudian menciptakan dunia.
Di beberapa wilayah Mesir Kuno, buaya yang telah dijinakkan akan disembah sebagai perwujudan Sobek di dunia. Namun di tempat lain, buaya ada yang diburu dan dibunuh. Tampaknya, Sobek merupakan dewa kegelapan yang harus sering-sering disenangkan hatinya.
Kekuatan perlindungan Sobek dianggap berguna untuk para Firaun dan rakyat Mesir. Dia diyakini dapat melindungi orang yang telah mati di alam baka dengan memulihkan penglihatan dan indera. Karena kekuatan dan keganasannya, Sobek menjadi dewa patron bagi angkatan bersenjata.
Namun, Qarun tampaknya tak mempertimbangkan aspek gelap dari sesembahan barunya itu. Walau sering diyakini sebagai dewa pencipta, Sobek juga dikenal sebagai dewa yang tak stabil, susah diprediksi sifat dan kelakuannya, bahkan kadang kala bersekutu dengan dewa-dewa dari kalangan perusak atau penyebab kekacauan.
Mungkin saja ketika Qarun sedang berdoa kepada Sobek agar menghabisi Musa, saat itu sang dewa sedang dalam kondisi galau sehingga tak menghiraukan ketika pengikut barunya itu tenggelam ditelan bumi bersama seluruh harta kekayaannya.