REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (14/11) ini diproyeksikan melemah. Hal ini terjadi karena rupiah dibayangi faktor eksternal atau ekonomi global yang masih belum kondusif.
"Dalam perdagangan hari ini rupiah kemungkinan masih akan melemah disebabkan data eksternal yang masih negatif bagi rupiah," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (14/11).
Prospek kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China masih belum jelas. Kedua negara dengan ekonomi terbesar itu belum mengumumkan lokasi baru atau waktu untuk menyegel perjanjian setelah pertemuan internasional di Chili dibatalkan, dan tidak jelas apakah ancaman tarif dari Presiden Donald Trump yang baru akan mendorong kemajuan.
Sementara itu data inflasi AS tercatat naik ke level 0,4 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Peningkatan inflasi tersebut dapat menjadi tanda bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) sepertinya tidak lagi bersikap longgar (dovish) dalam menentukan kebijakan moneter.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.110 per dolar AS. Pada pukul 10.08 WIB, rupiah masih melemah 21 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.100 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.079 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.098 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.082 per dolar AS.