REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) merekam 252 gempa tektonik lokal di Gunung Lemongan, Lumajang. Jumlah getaran ini tercatat sepanjang Rabu pagi hingga tengah malam (13/11).
Lebih rinci, Kepala PVBMG, Kasbani menjelaskan, tingkat kegempaan yang terasa pada Gunung Lemongan sekitar 15 kali. Sementara jumlah gempa tektonik jauh di hari yang sama sebanyak empat kali.
"Dan untuk hari ini (Kamis, 14 November) belum direkapitulasi," kata Kasbani saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/11).
Menurut Kasbani, jumlah gempa tektonik lokal di Gunung Lemongan mengalami peningkatan sejak 9 November lalu. PVMBG mencatat 254 gempa terjadi di hari tersebut lalu berlanjut hingga Rabu (13/11). Gempa tersebut diikuti dengan getaran tremor beramplitudo maksimum tiga sampai 30 mm serta tiga kali gempa terasa berintensitas Il-III MMI.
"Gempa terasa dirasakan oleh penduduk yang berada di sektor barat-barat daya Gunung Lemongan, yaitu daerah Sumber Petung, Tegal Randu dan Papringan," jelas Kasbani.
Kondisi terkini Gunung Lemongan, Lumajang, Kamis (14/11).
Meski mengalami kenaikan kegempaan, Kasbani memastikan bahwa tidak ada perubahan visual dan gejala vulkanik di Gunung Lemongan. Tingkatan visual gunung api tersebut masih di antara level terlihat hingga tertutup kabut.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara, gunung dengan tinggi 1.651 mdpl ini masih berada pada Level I (normal). Atas kejadian ini, PVBMG mengimbau masyarakat dan para pendaki tetap memerhatikan perkembangan kegiatan Gunung Lemongan dari lembaga resmi.
"Diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Lemongan," ujarnya.
Lemongan merupakan gunung api aktif bertipe strato yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Gunung ini memiliki ciri dengan pusat-pusat erupsi parasitik. Jumlah pusat erupsinya sekitar 60 dengan bentuk kerucut vulkanik dan maar yang tersebar di sekeliling gunung api.
"Erupsi vulkanik parasitik tersebut terjadi pada periode prasejarah," jelas Kasbani.
Gunung Lemongan mengalami letusan terakhir pada 1898. Sementara di 1925, 1978, 1985, 1988, 1989, dan 2005 lebih pada gempa bumi terasa yang bersifat lokal.
Sejak 2012, menurut Kasbani, aktivitas Gunung Lemongan kembali meningkat. Aktivitas ini ditandai dengan terekamnya gempa vulkanik dalam. Lalu diikuti terjadinya gempa tektonik lokal yang mencapai 200 kejadian.
"Gempa terasa berskala Il MMI," jelasnya.