Kamis 14 Nov 2019 15:55 WIB

Korut Kecam Rencana Latihan Bersama Militer Korsel dan AS

Korut kecam latihan militer bersama Korsel dan AS yang akan digelar pada bulan depan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi
Foto: gallerychip.com
Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korsel) mengecam Amerika Serikat (AS) jika meneruskan kegiatan latihan militer bersama yang dijadwalkan dengan Korea Selatan (Korsel). Rencana latihan bersama dilakukan di tengah pembicaraan denuklirisasi antara Donald Trump dan Kim Jong-un.

Latihan militer bersama AS dan Korsel rencananya digelar pada bulan depan. Pernyataan kecaman Korut keluar, meskipun Washington mengatakan pekan lalu, bahwa latihan udara bersama yang direncanakan bulan depan akan dikurangi cakupannya dari latihan sebelumnya.

Baca Juga

Namun, Pyongyang memperingatkan Washington akan menghadapi ancaman lebih besar jika AS tidak mengamankan perundingan pelucutan senjata nuklir dengan Korut hingga akhir tahun ini. "Ini adalah hak bela diri untuk membalas terhadap setiap langkah yang mengancam kedaulatan dan keamanan," ujar pernyataan dari Komisi Urusan Negara Korut tanpa menjelaskan lebih detail dikutip laman Japan Times, Kamis (14/11).

Di Korut, sangat jarang ada komisi ataupun badan pemerintahan tertinggi yang mengeluarkan pernyataan. Meski demikian, dalam perjalanan ke Seoul, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengisyaratkan bahwa latihan AS dan Korsel dapat ditingkatkan untuk membantu diplomasi dengan Korut.

"Kami akan menyesuaikan postur latihan kami kurang lebih tergantung pada apa yang diperlukan diplomasi,' ujar Esper kepada wartawan di pesawat jelang tur Asia mulai Kamis.

Pengurangan porsi latihan bersama menurutnya tidak boleh dilihat sebagai konsesi untuk Pyongyang. Namun, sebagai sarana menjaga pintu terbuka bagi diplomasi. "Ini semua untuk diplomasi dulu," ujarnya menambahkan.

Pekan lalu, seorang diplomat senior Korut menyalahkan latihan militer gabungan AS dan Korsel. Pyongyang menentang latihan militer gabungan kedua negara sebab memandangnya sebagai latihan untuk invasi.

Dalam pernyataan terakhirnya, Pyongyang mengatakan, telah mengambil langkah-langkah untuk menenangkan kekhawatiran Washington, tetapi AS gagal untuk membalas sehingga meninggalkan perasaan pengkhianatan.

Sejak dimulainya pembicaraan nuklir tahun lalu, AS dan Korsel telah membatalkan atau mengurangi latihan militer reguler mereka untuk menciptakan ruang bagi diplomasi. Namun, Korut mengatakan latihan yang lebih kecil masih merupakan latihan untuk invasi dan telah bereaksi keras terhadap latihan selama kebuntuan dalam negosiasi.

Ditanya soal pernyataan Korut, departemen Luar Negeri AS menanggapi. "Presiden Trump tetap berkomitmen membuat kemajuan ke arah komitmen Singapura untuk mengubah hubungan, membangun perdamaian abadi, dan menyelesaikan denuklirisasi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri.

Setelah pertemuan pertamanya dengan Kim, Trump membuat pengumuman mengejutkan bahwa AS akan menunda latihan militer dengan Korsel. Sejak itu, latihan-latihan besar telah dihentikan atau diturunkan.

Pada April, Kim memberi AS tenggat akhir tahun untuk menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dalam pembicaraan denuklirisasi yang mandek. Pernyataan itu menyusul gagalnya KTT kedua dengan Trump di Hanoi pada Februari. Kegagalan pembicaraan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Korut dapat kembali ke bom nuklir dan pengujian rudal jarak jauh yang ditangguhkan sejak 2017. Korut sebelumnya telah menguji serangkaian peluncuran rudal jarak pendek.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement