REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Santri dari Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an Wonosobo yang juga peraih penghargaan sains nasional dan internasional, Muchamad Ravi Ramadhani, mengeluhkan minimnya akses terhadap penelitian sains. Menurut dia, pemerintah harus lebih peduli terhadap penelitian sebagai sarana penunjang inovasi.
Sebelum sukses menyabet sejumlah penghargaan, Ravi membeberkan perjuangannya saat masih melakukan sejumlah eksperimen sains. Akses modal penelitian misalnya, kata dia, sangat sulit didapatkan bagi pelajar yang mengajukan bahkan di tingkat kabupaten maupun provinsi.
"Karena yang namanya penelitian itu kan butuh biaya, harus ada support (pemerintah) kalau memang inovasi teknlogi dan SDM-nya mau maju," kata Ravi saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (13/12).
Sederet prestasi Ravi antara lain juara 1 lomba kreativitas dan inovasi masyarakat Jawa Tengah 2017, juara 1 National Young Inventors Award 2018, peraih medali perak dalam ajang International Exhibition for Young Inventors 2019, peraih Gold Medal and Special Award dalam ajang Macau Innovation and Invention Association 2019, dan peraih Special Award dari International Teenager Competition and Communication Tiongkok 2019.
Salah satu hasil penemuan Ravi adalah menciptakan power bank. Penciptaan power bank rancangannya tersebut terinspirasi dari gerakan shalat (rukuk) yang merujuk pada teori energi. Ravi menceritakan bahwa tantangan ke depan bagi dunia pendidikan dan inovasi adalah dukungan dari semua pihak.
"Kalau saya mau ikut kompetisi global, misalnya waktu itu saya ikut ke Abu Dhabi, saya sempat kesulitan juga cari modal untuk berangkatnya," kata dia.
Kendati demikian, dia bersyukur bahwa di balik keterbatasan dukungan dan kemudahan akses yang pernah ditemui, masih terdapat sejumlah pihak yang membantu perjuangannya. Tak lupa, dia juga menegaskan akan terus melakukan inovasi yang dapat bermanfaat bagi umat dan bangsa.