Kamis 14 Nov 2019 22:45 WIB

Trauma Muslimah Saat Dipaksa Lepas Jilbab di Laga NBA

Kebencian terhadap jilbab Muslimah di AS meningkat.

Gazella Bensreiti dalam sebuah konferensi pers.
Foto: Daily News
Gazella Bensreiti dalam sebuah konferensi pers.

REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO – Seorang Muslimah menceritakan melalui akun media sosialnya tentang pelecehan yang diterima dia dan anaknya saat akan menyaksikan sebuah pertandingan di Pepsi Event Center Denver, Colorado, Amerika Serikat.   

Dilansir Daily News pada Kamis (14/11) kejadian itu bermula saat Gazella Bensreiti (36 tahun) akan menyaksikan putrinya yang berusia 8 tahun menyanyikan lagu kebangsaan bersama paduan suara sekolah sebelum mulainya pertandingan NBA antara Denver Nuggets dan Miami Heat di Pepsi Event Center.  

Baca Juga

Namun ketika berada di jendela tiket, seorang karyawati di tempat itu meminta Bensreiti untuk melepas jilbabnya. 

Namun Bensreiti menolak dan menjelaskan bahwa jilbab adalah bagian dari pakaian agamanya. "Saya tak peduli, Anda tidak bisa menggunakannya," kata karyawati itu seperti yang ditulis Bensreiti dalam akun media sosialnya.  

Bensreiti sempat memohon untuk melepaskan jilbabnya sendiri, namun karyawati itu menolaknya. Namun pada akhirnya, karyawati itu memberikan tiket kepada Bensreiti setelah berbicara dengan penyelenggara.  

"Saya tak pernah mengalami trauma seperti ini sepanjang hidup saya. Saya tahu hak-hak saya sebagai warga negara Amerika. Dia tak hanya membuat saya dan putri saya trauma, tapi dia juga telah melanggar hak-hak sipil saya. Saya tak pernah begitu malu seperti ini," katanya.   

Menurut Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Insiden seperti yang dialami Bensreiti sedang mengalami peningkatan di Amerika. Sementara kelompok hak-hak sipil Amerika dalam sebuah pernyataannya mengatakan ada lonjakan kefanatikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan menargetkan Muslim Amerika dan anggota kelompok minoritas lainnya.

Terutama sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika. Dan seperti yang diungkapkan kelompok hak-hak sipil Amerika bahwa  jilbab perempuan Muslim menjadi targetnya.  

"Sayangnya sangat umum perempuan Muslim dilecehkan, dikecualikan atau didiskriminasi karena jilbab mereka," kata seorang pengacara litigasi senior untuk CAIR, Gadeir Abbas.   

Dalam konferensi persnya, CAIR meminta pejabat Pepsi Centre menyelidiki serta mengambil tindakan yang tepat untuk insiden itu. Termasuk desakan perubahan kebijakan mengenai pakaian religius untuk hadir dalam acara seperti itu. Sementara itu pejabat Pepsi Center menyatakan bahwa insiden itu merupakan kesalahpahaman.   

"Masalah ini masih dalam peninjauan, kami mengambil langkah-langkah untuk memodifikasi proses penyaringan  dan memberikan pendidikan tambahan untuk staf kami." kata juru bicara Pepsi Centre, Becca Villanueva. Andrian Saputra

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement