Jumat 15 Nov 2019 06:17 WIB

ACT Ingin Bangun Hunian bagi Rakyat Palestina

Dana diperlukan untuk pembangunan rumah mencapai Rp 5 miliar.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Konferensi pers lembaga filantropi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) gencarkan bantuan untuk Palestina di Jakarta, Kamis (14/11).
Foto: Republika/Rossi Handayani
Konferensi pers lembaga filantropi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) gencarkan bantuan untuk Palestina di Jakarta, Kamis (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Filantropi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memiliki program untuk membangun hunian, yang layak bagi rakyat Palestina korban serangan Israel. Dana pembangunan rumah menjadi yang paling dibutuhkan, di samping dari program lainnya dari ACT kepada rakyat Palestina.

"Dana diperlukan untuk pembangunan rumah. Ini rumah flat lima lantai, biaya bisa sampai Rp 5 miliar," kata Presiden ACT, Ibnu Khajar di Jakarta, Kamis (14/11).

Baca Juga

Dalam satu flat hunian tersebut dapat diisi oleh 20 keluarga. ACT pun turut meyakinkan rakyat Palestina bahwa mereka dapat membangun sebanyak mungkin hunian yang dibutuhkan.

"Yang dibutuhkan bisa sampai Rp 20,30 bahkan 120 miliar, dan kami gak tega bilang sama mereka tidak bisa dibangun. Kami terus berikhtiar dan sampaikan kepada orang-orang," ucap Ibnu.

Serangan yang digencarkan oleh Israel telah menyebabkan rumah-rumah miliki rakyat Palestina hancur. ACT pun memiliki keinginan agar anak-anak Palestina tidak tidur di luar ruangan lagi. Lembaga ini berharap dapat memberikan rumah permanen bagi para korban serangan Israel.

"Semoga pada 2020 apa yang mereka ajukan bisa terwujud, membangun rumah. Yang bisa sisihkan rezekinya, ayo kita kumpulkan bantuan," kata dia.

Di samping itu, pada Selasa (12/11) terjadi eskalasi serangan Israel terhadap Palestina. Hal ini menyebabkan 32 orang meninggal dunia, dan 85 jiwa mengalami luka. ACT terus menggencarkan bantuan, terutama bantuan medis di Gaza, Palestina.

Direktur Eksekutif Global Humanity Response (GHR) ACT, Bambang Triyono mengatakan, bantuan sudah dipersiapkan, dan akan diberikan untuk merespon situasi darurat terkini di Gaza. Serangan tersebut disebut terjadi keempat kalinya, dan menjadi yang terbesar selama 2019.

"Mulai kemarin sore waktu Gaza kami sudah memberikan bantuan First Response. Posko ini digunakan untuk melayani dan menangani kasus gawat darurat untuk para korban. Bantuan yang sebelumnya ada program yang mereka butuhkan, tindakan lanjut operasi. Kini kami lanjutkan lebih masif," kata Bambang.

Posko akan didirikan beberapa Jalur Gaza, khususnya yang berada di dekat perbatasan-perbatasan. ACT turut menyiapkan bantuan medis lanjutan bagi para korban yang membutuhkan penanganan Iebih serius atau operasi hingga bantuan penyedian alat bantu prostetik (artificial limbs). Selain itu, ACT akan memberikan bantuan santunan bagi anggota keluarga yang ditinggal wafat karena menjadi korban agresi tersebut.

Hingga saat ini, bantuan penyediaan Bank Darah yang diinisiasi ACT juga dimanfaatkan untuk warga Gaza yang menjadi korban serangan. Kolaborasi ACT dengan Central Blood Association di Khan Younis Gaza, tersedia di banyak titik di jalur Gaza, seperti di universitas, masjid, dan di tempat umum Iainnya.

Semenjak September lalu, ACT telah menargetkan kesediaan 1.000 kantong darah untuk menyuplai kebutuhan pasien-pasien di Gaza. Hingga Desember nanti, 1.000 kantong darah ditargetkan mampu memenuhi jumlah kebutuhan darah di Gaza.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement