REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) melakukan survei Financial Inclusion Insights. Hasilnya menunjukkan, sebanyak 55,7 persen orang dewasa memiliki akun lembaga keuangan formal.
Angka itu naik lebih dari 20 poin dibandingkan 2016. Peningkatan itu dinilai berkat program bantuan sosial nontunai seperti Bantuan Pangan Nontunai (BNPT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan melalui akun bank.
Menanggapi itu, Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menjelaskan, yang mendorong kenaikan level inklusi keuangan bukan program bantuan nontunainya, melainkan jaringan operasional bank. Baik yang dilakukan lewat kantor cabang fisik, cabang nonfisik, maupun agen Laku Pandai yang jumlahnya ratusan ribu.
"Kesemuanya itu menjadi kanal penyaluran bansos (bantuan sosial). Jadi saya ulang, bukan program bansosnya yg membuat literasi keuangan dan inklusi keuangan meningkat, tetapi kehadiran dan kontribusi bank-bank penyalur program bantuan nontunai itulah yg menyebabkan literasi keuangan masyarakat meningkat," tutur dia kepada Republika.co.id, Kamis, (14/11).
Terlepas dari itu, kata dia, perbankan menyambut baik program bantuan sosial (bansos) nontunai tersebut. Pasalnya perbankan dilibatkan dalam penyalurannya.
Hal tersebut, menurutnya, memperbesar pangsa pasar bank dalam membidik nasabah-nasabah potensial di berbagai daerah. Hal itu karena selama ini beberapa daerah masih terkendala oleh layanan perbankan.
Dirinya menuturkan, kolaborasi seluruh pemangku kepentingan yang membuat inklusi keuangan naik. "Adanya program Laku Pandai oleh OJK dan program Layanan Keuangan Digital atau less cash society oleh BI bersama perbankan sebagai bank pelaksanalah yang membuat tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia meningkat," tegas Ryan.