REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan pandangannya soal radikalisme. Radikalisme sering kali datang dari kebencian terhadap perbedaan.
Emil, begitu akrab disapa mengatakan, ada dua jenis kebencian dalam konteks tersebut. Pertama, kebencian yang datang dari lemahnya kondisi ekonomi seseorang sehingga ujungnya menyalahkan sesuatu.
"Nah sesuatu yang disalahkan itu dicari simbolnya untuk dimaki, untuk menjadi luapan kekecewaan. Untuk itu, kami gunakan pendekatan ekonomi, melalui program-program untuk peningkatan ekonomi keumatan," paparnya.
Kedua, jelas Emil, radikalisme yang datang dari ideologi sehingga muncul rasa benci terhadap perbedaan. Kalangan terpelajar dan kelas atas pun menurutnya kerap termasuk golongan ini. Untuk menghadapinya tentu tidak bisa dengan pendekatan ekonomi.
"Misalnya di Inggris, berdiskusi dengan Yahudi, Kristiani, dan lain-lain. Kita menghormati perbedaan, jadi nyaman ngobrolnya, masing-masing pun bisa menceritakan. Poin saya, (cara) memberantas radikalisme yang datang dari ideologi ini adalah dengan memperbanyak dialog," tuturnya.
Emil bulan lalu sempat menjalin pertemuan dengan para mantan narapidana terorisme. Dalam kesempatan tersebut, para mantan napi menyampaikan permintaan sederhana, yaitu meminta bantuan agar bisa hidup layak.
Mereka pun menyadari dulu terjerembab karena faktor lemahnya ekonomi. Pemprov Jabar pun telah siap membekalinya modal usaha di berbagai bidang.
"Kalau di Jabar hari ini masih ada satu-dua (yang terjerumus), saya kira dinamika kehidupan itu selalu ada, tapi yang perlu dicatat adalah, kami tidak diam, yang pasti kami berikhtiar, berupaya sambil berdoa. Semoga inisiatif ini menghasilkan wajah Indonesia melalui Jabar yang rahmatan lil 'alamin," imbuhnya.