REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Bolivia Evo Morales, yang mengundurkan diri pekan lalu, meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Paus Fransiskus untuk menengahi krisis politik di negaranya. Morale yakin PBB bisa menengahi krisis.
"Saya sangat percaya pada PBB," kata Morales dalam wawancara dengan Associated Press setelah kabar muncul bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonia Guterres sedang mengirimkan utusan khususnya, Jean Arnault, ke Bolivia. Arnault membawa misi mencari penyelesaian atas krisis di negara itu.
Morales menekankan bahwa ia ingin organisasi dunia tersebut menjadi penengah, bukan hanya penyelenggara pertemuan dalam proses perdamaian. Langkah itu bisa didampingi oleh Gereja Katolik dan kemungkinan Paus Fransiskus.
Morales, presiden pertama Bolivia dari kalangan suku adat, terlihat masih populer di negara itu. Para pendukung Morales meminta dia kembali dari Meksiko, negara yang memberinya suaka.
Pascapengunduran diri Morales, banyak negara menganggap peralihan kekuasaan kepada presiden ad interim Jeanine Anez sebagai langkah yang tidak sah.
Morales bersikeras bahwa parlemen Bolivia harus terlebih dahulu menyetujui pengunduran dirinya. Jika tidak, katanya, ia akan kembali ke tanah air.