REPUBLIKA.CO.ID, VENESIA -- Venesia dilanda banjir terburuk dalam 50 tahun pada pekan ini. Tetua Basilika Santo Markus Monsignor Francesco Moraglia belum pernah melihat banjir seperti ini di Lapangan Santo Markus.
"Ada ombak seolah-olah kita berada di pantai," kata Morgalia, dikutip dari CNN, Jumat (15/11).
Bencana ini mengakibatkan kerusakan senilai ratusan juta euro. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte telah menyatakan Venesia dalam keadaan darurat, Kamis (14/11). Tempat ini menghadapi gelombang pasang luar biasa pada Selasa malam, menyebabkan banjir terburuk sejak 1966.
Venesia, yang sudah berjuang dengan air pasang, sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Permukaan laut global diperkirakan akan naik antara 0,6 meter hingga 2,1 meter selama abad ke-21. Bagi Venesia, ini menjadi bencana karena membuat jalanannya benar-benar tenggelam.
Walikota Venesia Luigi Brugnaro mengatakan, kerusakan yang ditimbulkan luar biasa dan bernilai ratusan juta euro. Padahal, Pemerintah Italia sedang membangun sistem pertahanan banjir yang kompleks untuk melindungi Venesia dari banjir. Hanya saja, memang proyek yang telah dibangun sejak 2003 telah ditunda beberapa kali.
Pada bulan Oktober, Consorzio Venezia Nuova, konsorsium yang bertanggung jawab atas proyek tersebut, mengonfirmasi penundaan lain. Hal ini terjadi karena getaran di beberapa bagian pipa saluran pembuangan.
Dalam sebuah kicauan di Twitter, Brugnaro menyalahkan perubahan iklim membuat gelombang pasang yang luar biasa tinggi. "Luka yang akan meninggalkan bekas permanen," ujarnya menggambarkan kondisi kotanya saat ini.
Sementara para ilmuwan tidak dapat dengan pasti menyalahkan satu peristiwa pada perubahan iklim. Walau pun memang peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir atau kebakaran hutan terjadi lebih sering karena perubahan iklim.
Risiko banjir diperburuk oleh fakta Venesia sendiri memang telah tenggelam. Studi terbaru menggunakan data GPS dan gambar radar. Pemantauan itu memperlihatkan berbagai bagian kota dan laguna-lagunya masih tenggelam antara 1 dan 4 milimeter per tahun dan seluruh kota miring ke timur.
Para ilmuwan dulu berpikir banyak wilayah tenggelam disebabkan oleh pemompaan buatan mengambil air tanah dari bawah kota, yang menyebabkan kompresi sedimen. Namun, penelitian baru menunjukkan, meskipun pemompaan telah berhenti, kondisi tetap saja tidak surut.
Banjir besar ini pun datang pada waktu yang paling buruk bagi Venesia, menambah sederetan masalah pada tempat wisata yang terkenal di Italia. Kota ini tengah berjuang dengan kelebihan wisatawan sedangkan warga lokal berkurang populasinya, dan sekarang, bangunan bersejarahnya tenggelam pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Kondisi Venesia penuh sesak, sangat ramai. Angka Badan Pariwisata Nasional Italia, bulan Agustus rata-rata 465.100 orang melakukan perjalanan ke kota ini dengan di atas 2,2 juta wisatawan yang menginap.
Otoritas Pelabuhan menyatakan, antara April hingga Oktober, diperkirakan 32.000 penumpang kapal pesiar turun di kota setiap hari. Pihak berwenang Venesia telah memperingatkan tingkat wisatawan yang sudah berlebihan.
Untuk menekan angka tersebut, pemerintah lokal bahkan telah melontarkan ide mengenakan biaya masuk bagi wisatawan. Pelarangan wisatawan harian dari kapal pesiar besar pun diterapkan karena menyebabkan kerusakan lingkungan dan merusak pemandangan. Bulan Agustus, pemerintah mulai mengarahkan beberapa kapal pesiar ke terminal tetangga.
Meski jumlah wisatawan yang terus meningkat dan membuat kewalahan, kondisi ini kebalikan dengan jumlah penduduk lokal di Venesia. Keramaian membuat penduduk lokal merasa tidak nyaman, hanya ada 53.000 orang menjadikan Venesia rumah mereka, sekitar sepertiga dari tingkat itu pada 50 tahun yang lalu.