Sabtu 16 Nov 2019 19:25 WIB

Polisi London Selidiki Klaim Penyuapan Pemilu Partai Brexit

Salah satu kandidat Partai Brexit ditawari gelar bangsawan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepolisian Metropolitan London mengatakan mereka menyelidiki klaim yang diungkapkan Partai Brexit. Salah satu kandidat partai itu mengaku ditawari pekerjaan atau gelar kebangsawanan jika setuju tidak maju melawan kandidat Partai Konservatif dalam pemilihan umum bulan depan.

"(Kami) sedang menyelidiki dua tuduhan penyuapan dan malpraktik pemilihan umum," kata kepolisian London, Sabtu (16/11).

Baca Juga

Kepada BBC, kandidat dari Partai Brexit Ann Widdecombe mengatakan ia ditawari pekerjaan dalam negosiasi Brexit tahap berikutnya. Syaratnya, ia mundur dalam pemilihan umum yang akan digelar pada 12 Desember mendatang.

Ketua Partai Brexit Nigel Farage menuduh orang-orang yang bekerja untuk Perdana Menteri Boris Johnson memberitahu anggota senior partainya agar kedua belah pihak dapat menjadi rekan. Mereka dapat menjadi rekan bila anggota senior Partai Brexit itu dapat membujuk Farage menarik lebih banyak kandidat dalam pemilihan umum.

Partai Konservatif ingin Partai Brexit berada dipihak mereka agar tidak memecah suara partai-partai yang pro-Brexit. Lord Falconer dari Partai Buruh mendesak kepolisian London dan kejaksaan meluncurkan penyelidikan. Ia mengatakan klaim tersebut menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas pemilihan umum bulan depan.

Sementara itu Johnson mengatakan klaim tersebut tidak masuk akal. Ia yakin tidak ada yang memberikan tawaran semacam itu.

"Saya yakin ada pembicaraan yang dilakukan antara para politisi dari semua partai tapi tidak ada yang menawarakan gelar kebangsawanan," kata Johnson, Jumat (15/11) seperti dilansir dari BBC.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement