REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Keberadaan tentara China di Hong Kong akhirnya ditunjukkan di jalan-jalan kota. Mereka muncul untuk membersihkan bekas bentrokan antara demonstran dan polisi, Sabtu (16/11).
Pasukan China berpakaian celana pendek dan kaos terlihat membawa ember plastik atau sapu. Mereka keluar dari barak untuk membantu membersihkan puing-puing yang telah memblokir beberapa jalan utama di kota selama berhari-hari.
Kehadiran tentara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di jalan-jalan, bahkan untuk membantu membersihkan dapat memicu kontroversi lebih lanjut. Kondisi itu terkait status otonom Hong Kong di saat banyak orang khawatir China memperketat cengkeramannya pada kota.
Tentara PLA sangat jarang meninggalkan barak mereka. Juru bicara pemerintah kota menyatakan, Hong Kong tidak meminta bantuan dari PLA. Militer memprakarsai operasi itu sebagai kegiatan masyarakat sukarela. Pasukan itu muncul di jalan hanya sekali sejak penyerahan pada 1997, ketika itu mereka datang membantu membereskan setelah topan pada 2018.
Menjelang sore hari, tentara PLA meninggalkan jalanan di luar Baptist University di samping barak mereka di Kowloon Tong.Tidak jelas berapa banyak yang terlibat pada kegiatan Sabtu itu.
Perwakilan Garnisun PLA di Hong Kong mengatakan, ketika warga mulai membersihkan, beberapa tentara ikut turun pula. "Membantu membersihkan jalan di depan gerbang garnisun," ujarnya.
Demosisto, sebuah organisasi pro-demokrasi, mengatakan, operasi pembersihan itu dapat menjadi preseden yang kurang baik. Pemerintah kota mengundang militer untuk menangani masalah internal dan ini menjadi alasan yang bisa menguatkan.
Pada Agustus, China memindahkan ribuan pasukan melintasi perbatasan ke Hong Kong. Menurut laporan kantor berita resmi China Xinhua, pergerakan itu merupakan rotasi rutin yang memang dilakukan.
"Kami tidak ingin menghadapi orang-orang dan pasukan PLA secara langsung. Kami tidak secara langsung menentang PLA, tetapi lebih kepada pemerintah," kata James Wong, ada di antara pengunjuk rasa yang menjembatani sebuah jembatan di Baptist University.
Bentrokan yang membuat kondisi jalan berantakan terjadi cukup kuat. Setidaknya satu bom bensin dilemparkan sebelum pengunjuk rasa antipemerintah di kampus mundur. Tampaknya tidak ada tentara yang terlibat dalam konfrontasi.
"Kami hanya ingin hidup kami berlanjut. Ada banyak orang tua yang perlu pergi ke rumah sakit dan anak-anak yang perlu pergi ke sekolah. Saya sangat sedih melihat apa yang terjadi di komunitas saya," kata seorang warga yang membantu membersihkan jalan-jalan dekat Hong Kong University.