REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum PP ' Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, masih ada masyarakat yang memiliki stigma negatif terkait Tuberkulosis (TB). Yang mana, TB ini dianggap sebagai penyakit yang memalukan.
Untuk itu, perlu strategi dalam mengubah stigma tersebut. Melalui program Principal Recipient TB (PR-TB) ‘Aisyiyah, dilakukan berbagai sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat.
"Kita bekerja sama dengan komunitas-komunitas. Karena ini urusannya umat, manusia dan kemanusiaan. Jadi kita tidak bisa bersekat-sekat menyelesaikannya," kata Noordjannah di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Ahad (17/11).
Bahkan, milenial juga dirangkul untuk dapat berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sebab, katanya, Indonesia merupakan negara nomor tiga tertinggi penderita TB.
"Milenial itu juga perlu diajak untuk ada keterlibatan, ada rasa memiliki Indonesia. Saya mengamati, milenial itu banyak yang dia punya konsen sosial," katanya.
Ia mengatakan, 'Aisyiyah pun memiliki kader-kader dari kalangan milenial. Melalui hal tersebut, mereka ikut serta dalam berbagai sosialisasi terkait TB hingga turun ke rumah-rumah masyarakat agar stigma negatif tersebut dapat dihilangkan.
"Bahkan mereka kalau menemukan sesuatu dan bisa menciptakan strategi lain untuk mengeliminasi TB. Dan itu menjadi bagian dari komitmen anak muda bangsa ini," tambahnya.
Penanggung Jawab Program PR-TB 'Aisyiyah, Rohimi Zamzam mengatakan, saat ini memang masih perlu upaya lebih untuk menyadarkan masyarakat terkait TB. Sehingga, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak.
"2007- 2008 itu langsung masuk kurikulum, dijabarkan disekolah kesehatan kita. Sehingga nanti mahasiswa turun KKN bisa ikut berperan. Kami punya pojok-pojok TB d RS, di sekolah juga," katanya.
Ia menuturkan, saat ini upaya tersebut masih terus dilakukan. Bahkan, pencapaian penanggulangan TB di 14 provinsi cakupan PR-TB 'Aisyiyah, rata-rata mencapai 15 ribu hingga 20 ribu penderita per semester.
Ia mencontohkan, data terbaru pada Desember 2018 dan Januari 2019, ditemukan 14 ribu kasus. Semetara, diwaktu yang sama juga ditemukan 18 ribu kasus TB baru di 14 provinsi dan 130 kabupaten/kota oleh PR TB 'Aisyiyah
"Kita sekarang sedang mendorong pemerintah agar ada peraturannya. Ini betul-betul kalau mau eliminasi di 2030 itu harus ada regulasi untuj mendorong itu, ke Pemda (juga didorong)," jelasnya.