Ahad 17 Nov 2019 19:30 WIB

Banyumas Zero Thalasemia Baru Tahun 2023

Kasus thalasemia di Kabupaten Banyumas saat ini, tergolong cukup tinggi.

Rep: Eko Widiyatmo/ Red: Agung Sasongko
Grafik Thalasemia
Grafik Thalasemia

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kasus thelasemia di Kabupaten Banyumas saat ini, tergolong cukup tinggi. Pengurus Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) Banyumas Ruswandi, menyebutkan jumlah penderita thelasemia di Kabupaten Banyumas saat ini mencapai lebih dari 400 penderita.

''Ini merupakan jumlah tertinggi di Jateng,'' jelasnya dalam acara jalan sehat Peduli Thalasemia di Alun-alun Kota Purwokerto, Ahad (17/11).

Baca Juga

Untuk YTI Banyumas, telah mencanangkan agar bertambahnya kembali penderita thelasemia bisa dihentikan semaksimal mungkin. ''Kita manargetkan, tahun 2023 tidak ada lagi penderita baru thelasemia,'' katanya.

Untuk menghentikan pertumbuhan jumlah penderita thelasemia ini, pihaknya terus mengintensifkan upaya pencegahan pernikahan sesama penderita thelasemia minor.

''Adanya penderita thelasemia baru ini, hanya bisa terjadi bila sesama penderita thelasemia minor menikah dan memiliki keturunan. Anak dari pasangan ini, dipastikan akan ada yang mengalami thelasemia mayor,'' katanya.

Untuk itu, yang bisa dilakukan YTI adalah dengan mengintensifkan pemahaman mengenai penyakit thelasemia dan penyebab munculnya penyakit ini di kalangan masyarakat. ''Bila pemahaman masyarakat tentang penyakit thelasemia semakin baik, diharapkan mereka makin sadar untuk memeriksakan kondisi kesehatan mereka sebelum menikah,'' katanya.

Acara jalan sehat Peduli Thalasemia yang digelar Rotary Club Purwokerto, merupakan bagian dari Bulan Thalasemia Banyumas yang dicanangkan sejak  awal November lalu. Bulan Thelasemia ini, mengambil tema 'Memutus Mata Rantai Kelahiran Thalasemia Mayor Menuju Banyumas Zero Thalasemia 2023'.

Selama pelaksanaan Bulan Thalasemia, berbagai pihak akan melakukan berbagai kegiatan yang intinya memberi edukasi pada masyarakat mengenai apa itu Thalasemia.

Bupati Banyumas Achmad Husein dalam kesempatan itu, menyebutkan penyekit thelasemia buka merupakan penyakit menular. Untuk itu, masyarakat tak perlu takut bergaul dengan penderita thelasemia. ''Penyakit thelasemia ini merupakan penyakit yang terkait dengan masalah genetik,'' katanya.

Bupati juga menyampaikan keprihatinannya, karena jumlah penderita thelasemia di Banyumas semakin banyak. Untuk itu, Pemkab tengah mempertimbangkan untuk mengeluarkan regulasi mengenai pencegahan penyakit thelasemia.

''Ke depan, Pemkab akan bekerja sama dengan KUA agar mewajibkan pasangan yang hendak menikah untuk memeriksa darahnya lebih dulu. Dengan demikian, bila diketahui sama-sama penderita thelasemia minor, maka kemungkinan adanya anak yang menderita thelasemia mayor akan bisa dicegah,'' jelasnya.

Dinar Faiza (30) yang hadir dalam cara itu, mengaku didiagnosa menderita  thelasemia sejak umur 6 bulan. Selama 30 tahun dia menjalani transfusi darah sebulan sekali, dan juga mengkonsumsi  obat 3 kali sehari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement